Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Aneka Ragam Metode Perkuliahan

Secara garis besar, ada tiga pendekatan pembelajaran. Pertama, teacher-oriented yang memberikan porsi besar terhadap peran pendidik. Kedua, collaborative student-oriented yang memberikan porsi besar terhadap peserta didik sebagai kelompok. Ketiga, individual student-oriented yang memberikan porsi besar terhadap peserta didik sebagai individu. Berikut ini contoh praktis ketiga pendekatan pembelajaran yang disarikan dari beberapa sumber dan sudah penulis praktikkan dalam pembelajaran aktual.

A.           METODE PEMBELAJARAN BERBASIS PENDEKATAN TEACHER-ORIENTED
1.            Guest Lecture (Kuliah Tamu)
a.             Pendidik menentukan sendiri narasumber yang relevan dan berkompeten dengan materi perkuliahan, atau melalui musyawarah mufakat dengan para peserta didik.
b.            Metode guest lecture bisa dilakukan in-door maupun out-door. Yang dimaksud in-door adalah narasumber didatangkan langsung ke kelas pembelajaran, sedangkan yang dimaksud out-door adalah peserta didik diajak mendatangi narasumber di lokasi yang ditentukan oleh narasumber.
c.             Pendidik membagi peserta didik menjadi tiga kelompok, yaitu penanya, penyimpul dan pelapor. Kelompok penanya bertugas mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada sesi guest lecture. Kelompok penyimpul bertugas menyimpulkan materi bahasan di akhir sesi guest lecture. Kelompok pelapor bertugas menyusun laporan tertulis terkait hasil pembelajaran dari aplikasi metode guest lecture dan diserahkan pada pertemuan perkuliahan berikutnya.

2.            Field Trip (Darmawisata)
a.             Pendidik menentukan sendiri destinasi lembaga atau situs yang akan dijadikan sumber belajar, atau melalui musyawarah mufakat dengan para peserta didik.
b.            Pendidik membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok, sesuai dengan sub tema materi perkuliahan. Kemudian masing-masing kelompok diberi tugas menyusun laporan tertulis yang didasarkan pada hasil observasi dan wawancara yang diperoleh dari aplikasi metode field trip, kemudian dipadukan dengan hasil studi dokumentasi yang relevan. File berupa foto juga perlu dimasukkan dalam laporan tertulis sebagai bukti fisik aplikasi metode field trip.
c.             Evaluasi pembelajaran didasarkan pada penyusunan laporan tertulis.

3.            Model ESQ
a.             Pendidik menyajikan materi pembelajaran dengan melibatkan sumber akal, hati dan wahyu. Sumber akal berkenaan dengan ilmu pengetahuan, sumber hati berkenaan dengan motivasi dan persuasi, sedangkan sumber wahyu berkenaan dengan dalil-dalil al-Qur’an dan Hadis yang relevan dengan materi bahasan.
b.            Pendidik memperkaya materi pembelajaran dengan menampilkan slide yang melibatkan unsur tulisan, gambar, video dan iringan musik yang menyenangkan.

4.            Apresiasi Seni
a.             Pendidik menampilkan tayangan film atau video pembelajaran yang relevan dengan topik materi perkuliahan.
b.            Pendidik menjelaskan sisi-sisi penting yang terkandung dalam film atau video pembelajaran dari perspektif materi perkuliahan.
c.             Peserta didik diminta untuk mengapresiasi tayangan film atau video pembelajaran dari perspektif materi perkuliahan. 

5.            Uswah atau Qudwah (Keteladanan)
          Peserta didik harus memiliki teladan yang dapat dilihat pada diri setiap pendidiknya, agar dia merasa puas dengan apa yang dipelajari dan mengetahui dengan mata kepala sendiri bahwa perilaku-perilaku ideal yang dididikkan kepadanya merupakan realitas yang mungkin untuk dipraktikkan, serta kebahagiaan sejati tidak akan terwujud, kecuali dengan mempraktikkan perilaku-perilaku ideal tersebut.

6.            Cerita
          Cerita merupakan salah satu alat kognisi paling ampuh yang dimiliki oleh peserta didik, yang tersedia untuk keterlibatan imajinatif dengan ilmu pengetahuan. Cerita membentuk pemahaman emosional kita terhadap isi. Cerita dapat membentuk isi dunia nyata dan juga materi fiksional. Pembentukan cerita dunia nyata inilah yang menjanjikan nilai paling besar dari pengajaran.

7.            Metafora
          Metafora merupakan alat yang memungkinkan kita untuk melihat sesuatu dari perspektif yang lain. Kemampuan ini terletak pada pusat daya temu intelektual, kreativitas dan imajinasi manusia. Oleh sebab itu, pendidik tidak hanya menggunakan metafora secara konstan, tetapi juga meminta perhatian peserta didik terhadap metafora yang diajukan, lalu membahasnya. Bahkan, pendidik disarankan agar memotivasi dan membantu peserta didik untuk menulis, mengenali dan merefleksikan metafora yang dibuat.

B.            METODE PEMBELAJARAN BERBASIS PENDEKATAN COLLABORATIVE STUDENT ORIENTED

1.            STAD (Student Teams Achievement Division)
          Langkah-langkah praktis metode STAD:
a.             Pendidik membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok sesuai dengan sub topik materi bahasan. Disarankan agar nama kelompok mengacu pada sub topik tersebut. Misalnya: Tim Iman, Tim Islam dan Tim Ihsan
b.            Pendidik menyajikan berbagai jenis kompetisi yang harus diikuti oleh seluruh kelompok. Di antara jenis kompetisinya adalah:
1)             Cerdas Cermat: Pendidik menunjuk delegasi dari masing-masing kelompok untuk mengikuti cerdas cermat terkait materi bahasan. Juara kompetisi ini didasarkan pada perolehan poin selama mengikuti cerdas cermat.
2)             Game Puzzle: Pendidik menunjuk dua delegasi atau lebih dari masing-masing kelompok untuk mengikuti game puzzle terkait materi bahasan. Game puzzle ini memanfaatkan kartu pembelajaran. Tugas masing-masing delegasi tim adalah mencocokkan pasangan antar kartu pembelajaran. Misalnya: kartu berwarna kuning memuat ayat al-Qur’an, sedangkan kartu berwarna hijau memuat terjemahan al-Qur’an. Kemudian para peserta berkompetisi untuk menyusun ayat al-Qur’an sesuai dengan terjemahannya dalam waktu yang ditentukan terlebih dahulu, misalnya 5 menit. Juara ditentukan dari total poin kartu pembelajaran yang disusun dengan benar. Jika poinnya sama, maka ditentukan berdasarkan durasi waktu penyelesaian.
3)             Peer Teaching: Pendidik menunjuk satu delegasi dari masing-masing kelompok untuk tampil sebagai “guru” dalam aplikasi metode peer teaching. Juara kompetisi ini didasarkan pada penilaian subyektif pendidik yang didasarkan pada performa peserta didik yang berperan sebagai “guru” dan respon para peserta didik yang berperan sebagai “murid”.
4)             Sorogan atau Talqin (Individual Learning): Pendidik menunjuk satu delegasi terbaik dari masing-masing kelompok untuk berperan sebagai “penguji” bagi anggota kelompok yang lain. Kemudian dia melaporkan “hasil ujiannya” tersebut kepada pendidik. Hanya saja, sebelum delegasi tersebut menguji anggota kelompok lain, terlebih dahulu dia harus diuji oleh anggota kelompok lain tersebut. Selanjutnya pendidik menentukan pemenang kompetisi ini berdasarkan rata-rata poin yang diperoleh seluruh anggota tim.
5)             Ujian Tim: Pendidik menunjuk satu delegasi dari masing-masing kelompok sebagai “pengawas ujian” yang bertugas mengawasi ujian atau evaluasi terkait materi pembelajaran. Delegasi tersebut diberi tugas mengawasi pengerjaan ujian yang dilakukan oleh anggota kelompok lain. Apabila ada salah satu anggota kelompok lain yang bersikap tidak jujur atau tidak sportif, misalnya mencontek, maka dia diminta untuk mem-black list seluruh anggota tim lainnya. Metode ini dimaksudkan sebagai evaluasi pembelajaran. Lebih dari itu, metode ini juga berfungsi untuk melatih kepercayaan diri dan kejujuran masing-masing anggota tim.
J   Apabila kompetisi dilakukan secara bergelombang dalam beberapa sesi –misalnya karena banyaknya jumlah kelompok–, maka pemenang lomba pada masing-masing sesi berhak masuk final. Adapun format final boleh menggunakan pilihan kompetisi yang sama maupun yang berbeda dengan sesi sebelumnya.
J   Pendidik aktif mengembangkan aneka jenis kompetisi yang dapat menggugah semangat siswa untuk belajar dan memenangkan kompetisi
c.             Pendidik menentukan “juara umum” berdasarkan total “gelar juara” yang diperoleh masing-masing tim. Jika sebaran “gelar juara” sama, maka juara umum ditentukan berdasarkan total poin yang diperoleh masing-masing tim.
d.            Pendidik menutup metode STAD dengan memberikan pandangan ahli sekaligus menyimpulkan materi perkuliahan.

2.            Talkshow
          Langkah-langkah praktis metode talkshow:
a.             Pendidik membagi peserta didik menjadi dua kelompok, yaitu kelompok “pemain” dan “penonton”.
b.            Kelompok “pemain” dibagi lagi menjadi dua peran, yaitu host dan narasumber. Peran sebagai host (pembawa acara) dapat diisi oleh 1 peserta didik [host tunggal] atau 2 peserta didik [host dan co-host]. Sedangkan peran bintang tamu atau narasumbe dapat diisi oleh peserta didik sesuai dengan sub tema yang sedang didiskusikan.
c.             Kelompok “penonton” dibagi lagi menjadi dua peran, yaitu penanya dan pengamat. Peran penanya bertugas mengajukan sejumlah pertanyaan, sedangkan peran pengamat bertugs mengajukan sejumlah masukan.
d.            Pendidik menutup metode fish bowl dengan memberikan pandangan ahli sekaligus menyimpulkan materi perkuliahan.
e.             Evaluasi pembelajaran dapat dilakukan dengan format “ulangan estafet”. Langkah-langkah praktisnya adalah: pendidik meminta masing-masing anggota kelompok agar menyusun satu buah pertanyaan terkait materi bahasan yang ditulis di atas lembaran kertas. Kemudian pendidik meminta agar lembar kertas soal tersebut diedarkan kepada peserta didik lain yang berada di dalam kelompoknya. Misalnya: Lembar soal peserta didik A diberikan kepada peserta didik B; lembar soal peserta didik B diberikan kepada peserta didik C; demikian seterusnya. Agar tidak banyak menyita waktu pembelajaran, maka pendidik disarankan untuk membatasi waktu ujian, misalnya 10 menit. Penilaian didasarkan pada banyaknya soal yang berhasil diselesaikan oleh masing-masing siswa dengan benar.

3.            Fish Bowl (Cawan Ikan)
          Langkah-langkah praktis metode fish bowl:
a.             Pendidik membagi peserta didik menjadi dua kelompok, yaitu kelompok “ikan” dan kelompok “pengamat”.
b.            Kelompok “ikan” dibagi lagi menjadi dua peran, yaitu pro dan kontra. Pihak pro mengajukan argumentasi-argumentasi yang mendukung pendapat yang menjadi materi bahasan. Sedangkan pihak kontra mengajukan argumentasi-argumentasi yang menolak pendapat yang menjadi materi bahasan. Kemudian diskusi mengalir dalam format perdebatan ilmiah.
c.             Kelompok “pengamat” dibagi lagi menjadi dua peran, yaitu “komentator” dan “analis”. Peran komentator bertugas memberikan pandangan (kritik dan saran) terkait performa kelompok “ikan” dari segi performa verbal maupun non verbal yang terjadi ketika perdebatan berlangsung. Sedangkan kelompok analis bertugas memberikan analisis terkait substansi materi perdebatan, baik terkait kelemahan maupun kelebihan dari argumentasi-argumentasi yang dikemukakan selama perdebatan berlangsung.
d.            Pendidik menutup metode fish bowl dengan memberikan pandangan ahli sekaligus menyimpulkan materi perkuliahan.
e.             Evaluasi pembelajaran dapat dilakukan dengan cara meminta peserta didik untuk menyusun mind-mapping terkait materi perkuliahan.

4.            Diskusi Panel
Langkah-langkah praktis metode diskusi panel adalah:
a.             Pendidik membagi peserta didik menjadi tiga kelompok, yaitu panelis, narasumber dan peserta.
b.            Kelompok panelis bertugas mengajukan pertanyaan-pertanyaan kritis terkait materi bahasan. Kelompok narasumber bertugas memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan kritis yang diajukan kelompok panelis. Sebagian peserta didik dari kelompok peserta diberi kesempatan untuk memberikan pertanyaan kepada kelompok narasumber.
c.             Pendidik menutup metode diskusi panel dengan memberikan pandangan ahli sekaligus menyimpulkan materi perkuliahan.
d.            Evaluasi pembelajaran dapat dilakukan dengan meminta peserta didik untuk menyusun resume terkait seluruh materi bahasan, baik yang diperoleh dari aplikasi metode diskusi panel maupun penjelasan pendidik di akhir sesi.

5.            Diskusi Pakar
a.             Pendidik membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok sesuai dengan sub topik materi bahasan atau didasarkan pada banyaknya perspektif yang digunakan, misalnya: perspektif pemerintah, tokoh masyarakat dan perwakilan rakyat.
b.            Pendidik memerankan diri sebagai moderator yang mengatur jalannya diskusi agar tidak keluar dari tujuan pembelajaran yang diharapkan.
c.             Peserta didik tidak diperkenankan “bertanya” yang bersifat informatif, karena mereka berperan sebagai tenaga ahli. Mereka hanya boleh menjawab, berkomentar atau “mempertanyakan” yang bersifat kritis.
d.            Pendidik menutup metode diskusi pakar dengan memberikan pandangan ahli sekaligus menyimpulkan materi perkuliahan.

6.            Sesi Poster
a.             Pendidik membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok sesuai dengan sub topik bahasan.
b.            Masing-masing kelompok diberi tugas untuk menyusun ringkasan materi bahasan dalam poster berukuran A3. Bentuk penulisan boleh berupa mind-mapping, bagan, matrik, simbol, dan bentuk-bentuk penulisan kreatif lainnya. Kemudian poster ditempelkan di tembok kelas dengan alat perekat tertentu. 
c.             Pendidik membagikan “kertas soal” berupa kertas kecil yang disertai alat perekat. Masing-masing kelompok diberi tugas untuk membaca poster kelompok lain, kemudian menyusun soal terkait poster yang disusun kelompok lain di dalam “kertas soal” yang sudah disiapkan. Setelah itu, “kertas soal” ditempelkan ke poster yang menjadi sasaran pertanyaan.
d.            Setelah semua peserta didik kembali ke kelompok masing-masing, pendidik meminta ketua tim untuk mengambil seluruh “kertas soal” yang tertempel di poster timnya. Kemudian meminta seluruh tim agar menyeleksi setidaknya tiga “kertas soal” yang akan dijawab pada sesi diskusi, sedangkan sisa “kertas soal” lainnya diberikan kepada pendidik.
e.             Sesi presentasi: pendidik memberi kesempatan presentasi kepada masing-masing kelompok dalam waktu yang relatif singkat, misalnya 5 menit.
f.              Sesi diskusi: pendidik memberi kesempatan kepada masing-masing kelompok untuk menjawab pertanyaan yang tertera dalam “kertas soal” yang sudah terseleksi. Setiap kali kelompok tersebut menjawab, pendidik “mengharuskan” kelompok lain untuk memberikan respon, baik dalam bentuk “tambahan” maupun “bantahan”. Setelah satu kelompok selesai, diskusi dilanjutkan pada kelompok lain. Dalam hal ini, kemampuan pendidik dalam time keeping sangatlah signifikan.
g.            Pendidik menutup metode sesi poster ini dengan memberikan pandangan ahli, terutama terkait “kertas soal” yang tidak dibahas dalam sesi diskusi. Kemudian diakhiri dengan simpulan terkait materi perkuliahan.

7.            Puzzle Games
a.             Pendidik membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok sesuai dengan topik atau sub topik materi perkuliahan.
b.            Pendidik menugaskan masing-masing kelompok untuk menyusun game puzzle yang relevan dengan topik atau sub topik materi perkuliahan.
c.             Masing-masing kelompok mempraktikkan game puzzle di depan rekan-rekannya. Kelompok yang bertugas presentasi memerankan diri sebagai “guru” atau “tim guru”, sedangkan kelompok lain yang tidak bertugas presentasi memerankan diri sebagai “siswa”. Jadi, game puzzle ini melibatkan metode peer teaching.

8.            Bedah Buku
a.             Pendidik menentukan sendiri judul buku yang akan dibedah, atau melalui musyawarah mufakat dengan para peserta didik.
b.            Pendidik membagi peserta didik menjadi dua kelompok, sebagai penyaji dan peserta.
c.             Kelompok penyaji dibagi lagi menjadi tiga peran, sebagai moderator, pemateri dan pembanding. Moderator bertugas mengatur jalannya diskusi; pemateri bertugas menyajikan garis-garis besar buku yang dibedah; pembanding bertugas mengajukan evaluasi berupa kritik, saran atau second opinion.
d.            Kelompok peserta diberi tugas mengajukan pertanyaan seputar materi bedah buku, baik dalam konteks pertanyaan informatif maupun kritis.
e.             Pendidik menutup metode bedah buku dengan memberikan pandangan ahli sekaligus menyajikan simpulan materi perkuliahan

C.           METODE PEMBELAJARAN BERBASIS PENDEKATAN INDIVIDUAL STUDENT CENTERED

1.            Riset Pustaka
a.             Pendidik memberikan tugas individu kepada setiap peserta didik untuk menyusun laporan tertulis berbasis riset pustaka. Materi riset pustaka didasarkan pada topik maupun sub-topik materi perkuliahan, dengan mempertimbangkan jumlah peserta didik dalam satu kelas.
b.            Riset pustaka minimal harus melibatkan satu referensi berbahasa asing, terutama bahasa Arab atau bahasa Inggris. Disarankan agar peserta didik menjadikan karya ilmiah sebagai salah satu referensinya, misalnya: jurnal ilmiah, skripsi, tesis.
c.             Format penulisan disesuaikan dengan standar penulisan Tugas Akhir Kuliah, yaitu meliputi: Pendahuluan, Kajian Pustaka, Paparan Data, Analisis Data, Penutup.

2.            Riset Lapangan
a.             Pendidik memberikan tugas individu kepada setiap peserta didik untuk menyusun laporan tertulis berbasis riset lapangan. Materi riset lapangan didasarkan pada topik maupun sub-topik materi perkuliahan, dengan mempertimbangkan jumlah peserta didik dalam satu kelas.
b.            Riset lapangan minimal harus menggunakan dua teknik pengumpulan data, yaitu observasi dan wawancara. Disarankan agar menerapkan teknik observasi partisipan dan wawancara mendalam. Agar lebih valid, maka peserta didik diminta untuk melibatkan dokumentasi sebagai teknik pengumpulan data pelengkap.
c.             Format penulisan disesuaikan dengan standar penulisan Tugas Akhir Kuliah, yaitu meliputi: Pendahuluan, Kajian Pustaka, Paparan Data, Analisis Data, Penutup.

3.            Review Karya Ilmiah
a.             Pendidik memberikan tugas individu kepada setiap peserta didik untuk melakukan review terhadap karya ilmiah berupa skripsi, tesis, disertasi, jurnal ilmiah nasional hingga jurnal ilmiah internasional.
b.            Format penulisan meliputi tiga topik, yaitu: resume, analisis kritis dan gagasan. Resume mengetengahkan ringkasan materi karya ilmiah yang direview. Analisis kritis mengetengahkan kritik yang diajukan terhadap materi karya ilmiah, dengan disertai argumentasi-argumentasi yang ilmiah. Gagasan mandiri mengetengahkan saran-saran penelitian lanjutan yang berhubungan dengan materi karya ilmiah.

4.            Produk Media Pembelajaran
a.             Pendidik membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok sesuai dengan topik atau sub topik materi perkuliahan.
b.            Pendidik menugaskan masing-masing kelompok untuk menghasilkan media pembelajaran dalam bentuk dua dimensi (gambar, foto, mind-map), video (video hasil download, video amatir, video editing), media tiga dimensi (mading tiga dimensi, diorama).
c.             Pendidik menugaskan masing-masing kelompok agar mempresentasikan produk media pembelajaran yang mereka hasilkan dalam waktu yang memadai.

5.            General Review
a.             Pendidik memberikan tugas individu kepada setiap peserta didik untuk menyusun laporan tertulis berupa general review. Materi general review didasarkan pada seluruh materi perkuliahan, hasil interaksi edukatif selama perkuliahan, dan pemikiran orisinil peserta didik terkait topik bahasan.
b.            Format penulisan general review meliputi tiga topik, yaitu: pra, proses, pasca. Bagian pra pembelajaran membahas tentang pemahaman awal peserta didik terkait isu tertentu, sebelum peserta didik menerima materi perkuliahan. Bagian proses pembelajaran membahas tentang pemahaman yang diperoleh peserta didik selama proses perkuliahan berlangsung. Bagian pasca pembelajaran membahas tentang gagasan peserta didik untuk mengaktualisasikan pemahaman yang diperoleh, baik pada tataran teoretis maupun praktis.