Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mengenal Tafsir Tarbawi Bagian I

Dr. Rosidin, M.Pd.I
http://www.dialogilmu.com

Tafsir Pendidikan
Cover Buku Metode Tafsir Tarbawi Karya Penulis Pribadi


MOTIVASI PENDIDIKAN ISLAM

Sedari awal, al-Qur’ah sudah memotivasi umat muslim agar giat belajar melalui proses literasi (baca-tulis) yang berpotensi mengantarkan pada ilmu-ilmu baru yang belum terpikirkan sebelumnya (Q.S. al-‘Alaq [96]: 1-5).

اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ (1) خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ (2) اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ (3) الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ (4) عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ (5)

 (1) Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. (2) Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. (3) Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah. (4) Yang mengajar (manusia) dengan perantaran pena. (5) Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (Q.S. al-‘Alaq [96]: 1-5)

VISI-MISI DAN TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM

Ilmu adalah bekal utama yang dibutuhkan manusia untuk menjalankan peran sebagai ‘abdullah yang harus mengabdi (‘ibadah) kepada Allah SWT (Q.S. al-Dzariyat [51]: 56)

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ (56)

Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku. (Q.S. al-Dzariyat [51]: 56)

dan khalifatullah yang harus memakmurkan bumi (‘imarah) (Q.S. al-Baqarah [2]: 30)

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ (30)

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu, orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (Q.S. al-Baqarah [2]: 30)

dengan kualitas terbaik (ihsan) (Q.S. al-Baqarah [2]: 195).

وَأَحْسِنُوا إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ (195)

Dan berbuat ihsan-lah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat ihsan. (Q.S. al-Baqarah [2]: 195).

MATERI (KURIKULUM) PENDIDIKAN ISLAM

Objek yang perlu dipelajari adalah ayat-ayat tertulis (Qur’aniyyah) dan terhampar (Kauniyyah). Al-Qur’an dipelajari agar diikuti petunjuk-petunjuknya dalam kehidupan sehari-hari (Q.S. al-Naml [27]: 92).

وَأَنْ أَتْلُوَ الْقُرْآَنَ فَمَنِ اهْتَدَى فَإِنَّمَا يَهْتَدِي لِنَفْسِهِ وَمَنْ ضَلَّ فَقُلْ إِنَّمَا أَنَا مِنَ الْمُنْذِرِينَ (92)

Dan supaya aku membacakan al-Qur’an (kepada manusia). Maka barangsiapa yang mendapat petunjuk, maka sesungguhnya ia hanyalah mendapat petunjuk untuk (kebaikan) dirinya, dan barangsiapa yang sesat, maka katakanlah: "Sesungguhnya aku (ini) tidak lain hanyalah salah seorang pemberi peringatan". (Q.S. al-Naml [27]: 92)

Sedangkan makrokosmos (alam semesta) dan mikrokosmos (manusia) dipelajari demi menemukan tanda-tanda kekuasaan Allah SWT (Q.S. al-Dzariyat [51]: 20-21).

وَفِي الْأَرْضِ آَيَاتٌ لِلْمُوقِنِينَ (20) وَفِي أَنْفُسِكُمْ أَفَلَا تُبْصِرُونَ (21)

Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin. Dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan? (Q.S. al-Dzariyat [56]: 20-21)

Orang yang mampu mempelajari ketiga objek tersebut hingga pada taraf timbul perasaan takut disertai kagum (khasyyah) kepada Allah SWT, diberi gelar prestisius sebagai ‘ulama menurut standar al-Qur’an (Q.S. Fathir [35]: 27-28).

أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ أَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجْنَا بِهِ ثَمَرَاتٍ مُخْتَلِفًا أَلْوَانُهَا وَمِنَ الْجِبَالِ جُدَدٌ بِيضٌ وَحُمْرٌ مُخْتَلِفٌ أَلْوَانُهَا وَغَرَابِيبُ سُودٌ (27) وَمِنَ النَّاسِ وَالدَّوَابِّ وَالْأَنْعَامِ مُخْتَلِفٌ أَلْوَانُهُ كَذَلِكَ إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ (28)

Tidakkah kamu melihat bahwasanya Allah menurunkan hujan dari langit lalu Kami hasilkan dengan hujan itu buah-buahan yang beraneka macam jenisnya. Dan di antara gunung-gunung itu ada garis-garis putih dan merah yang beraneka macam warnanya dan ada (pula) yang hitam pekat. Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (Q.S. Fathir [35]: 27-28)

SALURAN ILMU

Alat yang digunakan untuk belajar adalah pendengaran, penglihatan, serta fungsi akal dan hati (fu’ad) (Q.S. al-Nahl [16]: 78).

وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ (78)

Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. (Q.S. al-Nahl [16]: 78)

Semua alat ini harus diberdayakan oleh setiap insan dengan sebaik-baiknya untuk memperoleh ilmu, agar hidupnya tidak sekedar ikut-ikutan (“membebek”) kepada orang lain (Q.S. al-Isra’ [17]: 36).

وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا (36)

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggung-jawaban. (Q.S. al-Isra’ [17] 36).

Manusia yang menyia-nyiakan alat-alat tersebut, apalagi “menon-aktifkannya”, hidupnya bagaikan binatang yang tidak mampu berpikir jernih (Q.S. al-A’raf [7]: 179).

وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آَذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ بِهَا أُولَئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولَئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ (179)

Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai (Q.S. al-A’raf [7]: 179).

MEMPELAJARI ILMU

Agar alat ilmu pengetahuan bekerja efektif, maka dibutuhkan proses tilawah, tazkiyyah dan ta’lim (Q.S. al-Jumu’ah [62]: 2).

هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولًا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آَيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ (2)

Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka kitab dan Hikmah (al-Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata (Q.S. al-Jumu’ah [62]: 2).

Tilawah ibarat membuka tutup gelas, tazkiyyah ibarat membersihkan gelas, sedangkan ta’lim ibarat mengisi gelas. Dengan demikian, ilmu yang diperoleh melalui ketiga proses ini bagaikan air jernih yang menyehatkan badan ketika diminum. Inilah jenis ilmu bermanfaat yang dapat mengantarkan pemiliknya meraih prestasi dan derajat luhur (Q.S. al-Mujadilah [58]: 11).

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ وَإِذَا قِيلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ (11)

Hai orang-orang beriman, apabila kamu dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan (Q.S. al-Mujadilah [58]: 11).

MENGAJARKAN ILMU

Ketika seseorang sudah mendapatkan ilmu, tugas berikutnya adalah mengajarkan ilmu. Inilah aspek sosial ilmu dalam Islam. Oleh sebab itu, al-Qur’an sangat mengecam orang-orang berilmu yang enggan berbagi ilmu, sehingga menyembunyikan ilmu mereka layaknya harta berharga di museum (Q.S. al-Baqarah [2]: 159).

إِنَّ الَّذِينَ يَكْتُمُونَ مَا أَنْزَلْنَا مِنَ الْبَيِّنَاتِ وَالْهُدَى مِنْ بَعْدِ مَا بَيَّنَّاهُ لِلنَّاسِ فِي الْكِتَابِ أُولَئِكَ يَلْعَنُهُمُ اللَّهُ وَيَلْعَنُهُمُ اللَّاعِنُونَ (159)

Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam al-Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati (pula) oleh semua (mahluk) yang dapat melaknati (Q.S. al-Baqarah [2]: 159).

Hanya saja, sebelum berbagi ilmu, diharapkan mempraktikkannya terlebih dahulu sesuai kemampuan (Q.S. al-Shaff [61]: 2-3).

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ (2) كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ (3)

Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan (Q.S. al-Shaff [61]: 2-3).

Inilah yang disebut dengan keteladanan (uswah) (Q.S. al-Ahzab [33]: 21)

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآَخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا (21)

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah (Q.S. al-Ahzab [33]: 21).

atau hikmah (Q.S. al-Nahl [16]: 125)

ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ (125)

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk (Q.S. al-Nahl [16]: 125)


yang membuat orang lain lebih mempercayai ilmu yang akan disampaikan kepadanya. Jangan sampai seorang sales obat batuk menawarkan produk obat batuk, sedangkan dia sendiri mengalami batuk akut.

Wallahu A'lam bi al-Shawab.