Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tafsir Tematik Jahiliyah Modern


Dr. Rosidin, M.Pd.I
http://www.dialogilmu.com


Jahiliyah Kuno
Islam sebagai Antitesis Jahiliyah

Prolog

“Sejarah akan terulang kembali”. Manusia, zaman dan ruang bersifat dinamis (bergonta-ganti); namun sikap hidup manusia bersifat statis (tetap). Misalnya, sifat “angkuh” sudah ada sejak zaman dulu hingga sekarang, hanya seting manusia, zaman dan ruangnya yang berbeda. Dulu diperlihatkan Fir’aun di Mesir, sekarang diperlihatkan Donald Trump di Amerika Serikat. Bukan hanya sekedar sifat yang berulang, melainkan juga suatu kebudayaan yang menampung aneka sifat manusia, seperti budaya Jahiliyah yang terlahir kembali dalam bentuk terkini, yaitu Jahiliyah Modern.

Pengertian Jahl

Jahiliyah berasal dari akar kata jahl. Menurut Ibn Faris, patron huruf jim-ha’-lam memiliki dua makna. Pertama, bodoh, antonim kata ilmu (berpengetahuan). Kedua, gelisah, antonim kata thuma’ninah (tenang). Jika kedua makna ini dipadukan, maka orang yang berstatus jahl itu tidak berpengetahuan, sehingga mengalami kebodohan yang membuat hatinya tidak bisa tenang.

Sedangkan menurut al-Ashfahani, jahl dibagi menjadi tiga kategori. Pertama, Ketiadaan ilmu. Ini adalah pengertian asal dari kata jahl. Kedua, Meyakini sesuatu yang bertolak belakang dengan kenyataannya. Ketiga, Melakukan sesuatu yang bertolak belakang dengan yang seharusnya.

Jahl dalam al-Qur’an

Mayoritas kata jahl dalam al-Qur’an berfungsi untuk “mencela”, namun ada juga yang tidak dimaksudkan untuk mencela. Misalnya dalam Surat al-Baqarah [2]: 273 yang berkenaan dengan orang yang tidak mengerti akan menyangka kaya terhadap orang miskin yang tidak mau meminta-minta (bersikap ‘iffah).

Al-Qur’an menyebut kata jahl dan derivasinya sebanyak 20 kali. Berikut ikhtisarnya sesuai dengan urutan turunnya ayat.

No
Term
Surat-Ayat
Ikhtisar Makna
1
تَجْهَلُوْنَ
al-A‘raf [7]: 138
Kaum yang menyembah selain Allah SWT adalah kaum bodoh
2
al-Naml [27]: 55
Kaum yang berperilaku seksual menyimpang adalah kaum bodoh
3
Hud [11]: 29
Kaum yang tidak mengikuti Rasul-nya adalah kaum bodoh
4
al-An‘am [6]: 111
Kaum yang tidak beriman pada ayat-ayat Allah SWT adalah kaum bodoh
5
يَجْهَلُوْنَ
al-Ahqaf [46]: 23
Kaum yang menyembah selain Allah SWT adalah kaum bodoh
6
اَلْجَاهِلُ
al-Baqarah [2]: 273
Orang yang tidak mengerti akan menyangka kaya terhadap orang miskin yang tidak mau meminta-minta
7
اَلْجَاهِلُوْنَ
al-Furqan [25]: 63
Menyapa orang-orang bodoh dengan baik
8
Yusuf [33]: 89
Bertindak tanpa memikirkan akibat (negatif) dari perbuatan adalah perbuatan bodoh
9
al-Zumar [39]: 64
Orang-orang bodoh itu menyeru agar menyembah pada selain Allah SWT
10
اَلْجَاهِلِيْنَ
al-A‘raf [7]: 199
Seruan berpaling dari orang-orang bodoh
11
al-Qashash [28]: 55
Tidak bergaul dengan orang-orang bodoh
12
Hud [11]: 46
Himbauan agar tidak menjadi golongan orang bodoh
13
Yusuf [12]: 33
Menghindar dari menjadi golongan orang bodoh
14
al-An‘am [6]: 35
Larangan menjadi golongan orang bodoh
15
al-Baqarah [2]: 67
Berlindung dari menjadi golongan orang bodoh
16
جَهُوْلاً
al-Ahzab [33]: 72
Manusia sering melalaikan amanah karena kebodohannya
17
اَلْجَاهِلِيَّةْ
Ali ‘Imran [3]: 154
Larangan menyangka seperti sangkaan Jahiliyah
18
al-Ahzab [33]: 33
Larangan bertingkah laku seperti tingkah laku Jahiliyah
19
al-Fath [48]: 26
Larangan meniru orang kafir yang mengidap kesombongan Jahiliyah
20
al-Ma’idah [5]: 50
Larangan mencari hukum Jahiliyah sebagai ganti dari hukum Allah SWT

Jahiliyah dalam al-Qur’an

Sebagaimana tabel di atas, kata Jahiliyah disebutkan empat kali dan seluruhnya termasuk ayat Madiniyyah.  Pertama, Surat Ali ‘Imran [3]: 154.

ثُمَّ أَنْزَلَ عَلَيْكُمْ مِنْ بَعْدِ الْغَمِّ أَمَنَةً نُعَاسًا يَغْشَى طَائِفَةً مِنْكُمْ وَطَائِفَةٌ قَدْ أَهَمَّتْهُمْ أَنْفُسُهُمْ يَظُنُّونَ بِاللَّهِ غَيْرَ الْحَقِّ ظَنَّ الْجَاهِلِيَّةِ يَقُولُونَ هَلْ لَنَا مِنَ الْأَمْرِ مِنْ شَيْءٍ قُلْ إِنَّ الْأَمْرَ كُلَّهُ لِلَّهِ يُخْفُونَ فِي أَنْفُسِهِمْ مَا لَا يُبْدُونَ لَكَ يَقُولُونَ لَوْ كَانَ لَنَا مِنَ الْأَمْرِ شَيْءٌ مَا قُتِلْنَا هَاهُنَا قُلْ لَوْ كُنْتُمْ فِي بُيُوتِكُمْ لَبَرَزَ الَّذِينَ كُتِبَ عَلَيْهِمُ الْقَتْلُ إِلَى مَضَاجِعِهِمْ وَلِيَبْتَلِيَ اللَّهُ مَا فِي صُدُورِكُمْ وَلِيُمَحِّصَ مَا فِي قُلُوبِكُمْ وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ (154)

Kemudian setelah kamu berdukacita, Allah menurunkan kepada kamu keamanan (berupa) kantuk yang meliputi segolongan dari pada kamu, sedang segolongan lagi telah dicemaskan oleh diri mereka sendiri, mereka menyangka yang tidak benar terhadap Allah seperti sangkaan jahiliyah. Mereka berkata: "Apakah ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini?." Katakanlah: "Sesungguhnya urusan itu seluruhnya di tangan Allah." Mereka menyembunyikan dalam hati mereka apa yang tidak mereka terangkan kepadamu; mereka berkata: "Sekiranya ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini, niscaya kita tidak akan dibunuh (dikalahkan) di sini." Katakanlah: "Sekiranya kamu berada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu keluar (juga) ke tempat mereka terbunuh." Dan Allah (berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu. Allah Maha Mengetahui isi hati. (Q.S. Ali ‘Imran [3]: 154).

Kedua, Surat al-Fath [48]: 26.

إِذْ جَعَلَ الَّذِينَ كَفَرُوا فِي قُلُوبِهِمُ الْحَمِيَّةَ حَمِيَّةَ الْجَاهِلِيَّةِ فَأَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَى رَسُولِهِ وَعَلَى الْمُؤْمِنِينَ وَأَلْزَمَهُمْ كَلِمَةَ التَّقْوَى وَكَانُوا أَحَقَّ بِهَا وَأَهْلَهَا وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا (26)

Ketika orang-orang kafir menanamkan dalam hati mereka kesombongan (yaitu) kesombongan Jahiliyah lalu Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya, dan kepada orang-orang mukmin dan Allah mewajibkan kepada mereka kalimat-takwa dan adalah mereka berhak dengan kalimat takwa itu dan patut memilikinya. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu (Q.S. al-Fath [48]: 26).

Ketiga, Surat al-Ahzab [33]: 33.

وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى وَأَقِمْنَ الصَّلَاةَ وَآَتِينَ الزَّكَاةَ وَأَطِعْنَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا (33)

Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya (Q.S. al-Ahzab [33]: 33).

Keempat, Surat al-Ma’idah [5]: 50.

وَأَنِ احْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ وَاحْذَرْهُمْ أَنْ يَفْتِنُوكَ عَنْ بَعْضِ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ إِلَيْكَ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَاعْلَمْ أَنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ أَنْ يُصِيبَهُمْ بِبَعْضِ ذُنُوبِهِمْ وَإِنَّ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ لَفَاسِقُونَ (49) أَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ حُكْمًا لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ (50)

Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik. Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin? (Q.S. al-Ma’idah [5]: 149-150).

Empat ayat di atas menyangkut empat dimensi Jahiliyah.

Pertama, Kognitif (Pengetahuan). Sesuai Asbab al-Nuzul, Surat Ali ‘Imran [2]: 154 berkenaan dengan perilaku kaum munafik dalam menyikapi kekalahan umat muslim pada Perang Uhud. Mereka menduga bahwa seorang nabi pasti menang, karena selalu ditolong oleh Allah SWT. Oleh sebab itu, mereka menduga jika Nabi Muhammad SAW kalah, seperti yang terjadi dalam Perang Uhud, berarti beliau bukan nabi yang sebenarnya. Dugaan seperti ini adalah dugaan Jahiliyah, karena sejak awal Allah SWT tidak pernah menjanjikan kemenangan bagi umat muslim, melainkan menjanjikan dua kebaikan dalam setiap peperangan. Pertama, meraih kemenangan melalui pertolongan-Nya. Kedua, gugur sebagai syuhada’. Sebagaimana informasi dalam Surat al-Taubah [9]: 52

قُلْ هَلْ تَرَبَّصُونَ بِنَا إِلَّا إِحْدَى الْحُسْنَيَيْنِ وَنَحْنُ نَتَرَبَّصُ بِكُمْ أَنْ يُصِيبَكُمُ اللَّهُ بِعَذَابٍ مِنْ عِنْدِهِ أَوْ بِأَيْدِينَا فَتَرَبَّصُوا إِنَّا مَعَكُمْ مُتَرَبِّصُونَ (52)

Katakanlah: “Tidak ada yang kamu tunggu-tunggu bagi kami, kecuali salah satu dari dua kebaikan (menang atau syahid). Dan Kami menunggu-nunggu bagi kamu bahwa Allah akan menimpakan kepadamu azab (yang besar) dari sisi-Nya. Sebab itu tunggulah, sesungguhnya kami menunggu-nunggu bersamamu.” (Q.S. al-Taubah [9]: 52).

Kedua, Afektif (Sikap; Keyakinan). Surat al-Fath [48]: 26 berhubungan dengan sikap fanatisme Jahiliyah terhadap kepercayaannya, sehingga menimbulkan sikap sombong tidak mau mengikuti ajaran Nabi Muhammad SAW. Contohnya adalah fanatisme Abu Thalib yang tetap tidak mau masuk Islam, padahal sudah jelas-jelas mengetahui kelebihan dan kebenaran ajaran Islam melalui sosok Nabi Muhammad SAW.

Ketiga, Psikomotorik (Perbuatan). Surat al-Ahzab [33]: 33 berhubungan dengan larangan memperlihatkan aurat di hadapan lawan jenis non-mahram. Dalam salah satu riwayat, Rasulullah SAW bersabda terkait Surat al-Ahzab [33]: 33 ini: “Para wanita yang menarik perhatian kaum laki-laki agar tertarik kepada mereka”.

Keempat, Peraturan (Hukum; Undang-Undang). Surat al-Ma’idah [5]: 50 berkaitan dengan larangan mengikuti peraturan atau hukum Jahiliyyah. Hanya saja patut disadari bahwa hukum Islam itu dibagi menjadi dua kategori: a) Hukum Islam tekstual, yaitu memberlakukan hukum sesuai dengan al-Qur’an dan Hadis secara tekstual, misalnya: hukuman bagi pencuri adalah potong tangan; b) Hukum Islam kontekstual, yaitu memberlakukan hukum sesuai dengan al-Qur’an dan Hadis secara kontekstual, misalnya: hukum bagi pencuri adalah penjara.  

Jika empat ayat tersebut dihubungkan dengan pengertian kata jahl dan penggunaannya dalam al-Qur’an, maka dapat disimpulkan bahwa Jahiliyah adalah pengetahuan, sikap (keyakinan), perbuatan dan peraturan yang tercela, karena bertolak-belakang dengan apa yang senyatanya dan atau yang seharusnya, sehingga menimbulkan kegelisahan hati bagi para pelakunya.   

Jahiliyah Modern

Sesuai dengan kategorisasi Jahiliyah dalam al-Qur’an yang terbagi menjadi empat, maka bahasan tentang Jahiliyah modern akan difokuskan empat juga.

Pengetahuan Jahiliyah Modern

Contoh Pengetahuan Jahiliyah Modern adalah Hoax atau berita palsu. Sejak zaman dulu pun, sudah marak terjadi berita bohong. Oleh sebab itu, al-Qur’an sudah mewanti-wanti terhadap berita yang disampaikan oleh orang fasik. Meskipun suatu berita terlihat benar, tetap perlu dilakukan cek dan ricek (tabayun), agar tidak timbul musibah yang dapat menimpa pada orang yang tak bersalah.  

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ (6)

Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu (Q.S. al-Hujurat [49]: 6]

Asbab al-Nuzul ayat ini menurut riwayat Qatadah adalah Rasulullah SAW mengutus al-Walid ibn ‘Uqbah kepada Bani Musthaliq. Sekembalinya dari Bani Musthaliq, al-Walid melapor bahwa mereka telah murtad atau keluar dari Islam. Lalu Rasulullah SAW mengutus Khalid ibn al-Walid beserta pasukannya untuk memastikan kebenaran berita tersebut.

Khalid berangkat dan tiba di lokasi pada malam hari. Khalid pun mengutus para telik-sandinya untuk memastikan keadaan Bani Musthaliq. Ternyata para telik sandi itu melaporkan bahwa Bani Musthaliq masih berpegang teguh pada Islam, karena mereka mendengar adzan dan melihat shalat yang dilakukan Bani Musthaliq. Di pagi harinya, Khalid mendatangi Bani Musthaliq dan membuktikan kebenaran informasi para telik sandinya.

Akhirnya Khalid bersama pasukannya kembali menghadap Rasulullah SAW dan menginformasikan berita yang senyatanya. Lalu turunlah ayat ini. Rasulullah SAW sempat bersabda: “Pelan-pelan itu dari Allah, sedangkan tergesa-gesa itu dari setan”.

Sikap dan Keyakinan Jahiliyah Modern

Contoh Sikap dan Keyakinan Jahiliyah Modern adalah sikap ekstremis. Padahal al-Qur’an mengingatkan bahwa ciri khas umat muslim adalah karakter moderat (wasath).

وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا

Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat muslim), umat yang wasath agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu (Q.S. al-Baqarah [2]: 143).

Anti-toleransi atau intoleran berarti sikap tidak mau bertoleransi sama sekali kepada pihak-pihak lain yang berbeda dengannya. Misalnya, aliran takfiri yang tidak pernah lelah mengkafirkan, membid’ahkan, menilai sesat, bahkan memastikan neraka bagi penganut aliran lain yang tidak sejalan dengannya. Bentuk ekstrem dari aliran takfiri adalah aliran jihadi yang rutin berbuat aksi-aksi terorisme seperti bom bunuh diri, sehingga mencoreng citra umat muslim serta memicu fenomena Islamophobia (takut kepada Islam) yang melanda di berbagai belahan dunia. Mereka ini sesat pikir karena menerapkan ayat-ayat terkait perang di tempat-tempat yang damai. Misalnya, salah menerapkan “ayat pedang” dalam Surat al-Taubah [9]: 36

وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِينَ كَافَّةً كَمَا يُقَاتِلُونَكُمْ كَافَّةً

Dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya (Q.S. al-Taubah [9]: 36)

Ayat ini cocok untuk dipraktikkan di negara seperti Palestina yang diperangi Israel atau Rohingya Myanmar yang diperangi umat Budha; bukan di Indonesia dan negara-negara lain yang suasananya damai.

Perbuatan Jahiliyah Modern

Contoh Perbuatan Jahiliyah Modern Pertama, Aborsi. Masyarakat Jahiliyah Kuno mengubur hidup-hidup anak perempuan, seperti yang diabadikan dalam Surat al-Takwir [81]: 8-9

وَإِذَا الْمَوْءُودَةُ سُئِلَتْ (8) بِأَيِّ ذَنْبٍ قُتِلَتْ (9)

Dan apabila anak-anak perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya, karena dosa apakah dia dibunuh (Q.S. al-Takwir [81]: 8-9)

Kebudayaan Jahiliyah kuno ini sedemikian berat, sehingga al-Qur’an menyandingkannya dengan peristiwa dahsyat yang terjadi di hari kiamat, seperti kehancuran matahari, bintang, gunung dan lautan.

Aborsi adalah bentuk Jahiliyah Modern yang jauh lebih keji dan kejam dibandingkan budaya penguburan anak perempuan dalam keadaan hidup-hidup pada masa Jahiliyah Kuno. Setidaknya ada tiga alasan yang melandasi penilaian tersebut.

Alasan pertama, penguburan anak perempuan dalam keadaan hidup-hidup dikarenakan orangtuanya khawatir terhadap aib buruk yang mungkin akan menimpa si anak, seperti diperkosa, menjadi tawanan perang, hingga hidup terlunta-lunta dalam kemiskinan. Sebaliknya, aborsi dikarenakan orangtuanya khawatir terhadap aibnya sendiri dan atau aib keluarganya, semisal khawatir terbongkar kalau dia memiliki anak di luar nikah, sehingga menjatuhkan harkat dan martabatnya di mata masyarakat.

Alasan kedua, masyarakat Jahiliyah Kuno hanya akan mengubur anak perempuan, sedangkan aborsi ditujukan pada janin laki-laki maupun perempuan.

Alasan ketiga, “eksekusi” penguburan anak perempuan dalam keadaan hidup-hidup dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Biasanya seorang ayah akan meminta istrinya untuk merias anak perempuannya secantik mungkin. Setelah itu diajak ke tempat yang sudah disiapkan tanah kuburan. Begitu sampai lokasi, anak perempuan tersebut didorong oleh ayahnya, lalu segera ditimbun dengan tanah. Lain halnya dengan aborsi yang umumnya dilakukan secara terang-terangan, setidaknya melibatkan tenaga ahli seperti dokter, bidan, atau dukun bayi.

Contoh Perbuatan Jahiliyah Modern Kedua, Bunga dan Rente. Pada masa Jahiliyah Kuno, budaya riba sudah mengakar-kuat. Oleh sebab itu, prosedur larangan riba dalam al-Qur’an dilakukan sebagaimana larangan khamar, yaitu dilakukan secara bertahap. Riba pada masa Jahiliyah Kuno baru diberlakukan apabila orang yang berhutang tidak mampu melunasi hutangnya pada waktu yang ditentukan. Apabila dia mampu melunasi hutang tepat waktu, maka dia tidak dikenakan bunga apapun. Bandingkan dengan riba masa Jahiliyah Modern, bayar tepat waktu tetap harus membayar bunga; jika telat bayar, maka ditambah dengan denda yang memberatkan. Sungguh, riba Jahiliyah Modern itu lebih sadis dan kejam daripada riba Jahiliyah Kuno.

Dalam Shahih Bukhari diriwayatkan sebuah Hadis terkait siksa pelaku riba. Nabi SAW diajak oleh dua malaikat hingga tiba di sebuah sungai darah. Di sungai itu ada seseorang yang sedang berenang, sedangkan di tepi sungai ada orang lain yang sedang mengumpulkan bebatuan yang banyak. Ketika si perenang mendatangi si pengumpul batu, maka si pengumpul batu memaksa si perenang untuk membuka mulutnya lebar-lebar, lalu disumpallah mulutnya dengan bebatuan. Setelah itu si perenang dipaksa berenang lagi. Demikian seterusnya.

Peraturan Jahiliyah Modern

Contoh Peraturan Jahiliyah Modern, Wacana Legalisasi LGBT (Lesbi, Gay, Biseksual, Transgender). Atas nama Hak Asasi Manusia dan argumentasi bahwa Indonesia bukan negara agama, banyak pihak terus-menerus memperjuangkan agar LGBT mendapatkan legalisasi sebagaimana di negara-negara seperti Norwegia (1993), Belanda (1996), Belgia (2003), Spanyol (2005), Kanada (2005), Afrika Selatan (2006), Swedia (2008), Portugal (2009), Meksiko (2009), Islandia (2010), Argentina (2010), Uruguay (2010), Selandia Baru (2013), Perancis (2013), Denmark (2013), Inggris dan Wales (2013), Skotlandia (2014), Brazil (2013), Luksemburg (2014), Finlandia (2014), Irlandia (2015), Amerika Serikat (2015), Jerman (2017).

Jika dilihat dari daftar negara yang melegalkan LGBT, berarti hanya benua Asia yang steril dari negara yang melegalkannya. Oleh sebab itu, jangan sampai Indonesia menjadi negara Asia pertama yang melegalkan LGBT.

Jahiliyah Kuno sudah mengenal tradisi homoseksual, seperti yang diabadikan dalam Surat al-A’raf [7]: 80-81

وَلُوطًا إِذْ قَالَ لِقَوْمِهِ أَتَأْتُونَ الْفَاحِشَةَ مَا سَبَقَكُمْ بِهَا مِنْ أَحَدٍ مِنَ الْعَالَمِينَ (80) إِنَّكُمْ لَتَأْتُونَ الرِّجَالَ شَهْوَةً مِنْ دُونِ النِّسَاءِ بَلْ أَنْتُمْ قَوْمٌ مُسْرِفُونَ (81)

Dan (Kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala dia berkata kepada mereka: “Mengapa kamu mengerjakan perbuatan fahisyah itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun (di dunia ini) sebelummu?” Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita, malah kamu ini adalah kaum yang melampaui batas (Q.S. al-A’raf [7]: 80-81)

Namun Jahiliyah Modern lebih variatif daripada sekedar homoseksual. Hubungan abnormal sesama wanita (Lesbi), sesama laki-laki (Gay), bersama laki-laki maupun wanita sekaligus (Biseksual), semuanya ada. Ditambah dengan laki-laki yang berperilaku seperti wanita atau sebaliknya (Transgender atau Transseksual), misalnya waria.

Sungguh tidak wajar jika umat muslim sepakat atas legalisasi LGBT hanya atas nama Hak Asasi Manusia (HAM). Apabila ada sekelompok kecil umat muslim yang melegalkan LGBT, berarti mereka telah bersikap mudahanah. Mudahanah adalah sikap terlalu lembek dengan mengorbankan prinsip-prinsip agama, demi kebaikan duniawi.

Al-Qur’an menyinggung sikap mudahanah ini dalam Surat al-Qalam [68]: 9

وَدُّوا لَوْ تُدْهِنُ فَيُدْهِنُونَ

Maka mereka (kaum kafir) sangat menginginkan supaya kamu bersikap lunak (mudahanah), lalu mereka pun bersikap lunak (pula kepadamu)” (Q.S. al-Qalam [68]: 9).

Dalam sebuah Hadis, Rasulullah SAW mengingatkan bahwa akibat buruk dari perbuatan mudahanah tidak hanya menimpa para pelakunya, melainkan juga menimpa orang lain yang melakukan pembiaran terhadap perbuatan mudahanah tersebut.

Epilog

Tulisan ini sekedar mengingatkan kembali akan bahaya Jahiliyah Modern dalam bentuk pengetahuan (seperti hoax), sikap dan keyakinan (seperti terorisme), perbuatan (seperti aborsi dan bunga), maupun peraturan (seperti wacana legalisasi LGBT). Keempat jenis Jahiliyah Modern inilah yang kiranya perlu mendapatkan perhatian serius untuk ditanggulangi pada tahun 2018 ini, demi kebaikan agama, bangsa dan negara Indonesia.

Wallahu A’lam bi al-Shawab.
       

         

Posting Komentar untuk "Tafsir Tematik Jahiliyah Modern"