Seputar Wahyu, al-Qur’an dan Hadis
- Apa persamaan dan perbedaan antara wahyu dan ilham?
- Apa persamaan dan perbedaan antara al-Qur’an, Hadis Qudsi dan Hadis Nabawi?
- Apakah Kalamullah (firman Allah SWT) itu berbahasa Arab?
Jawab:
1. Sesungguhnya
wahyu maupun ilham, sama-sama informasi “super cepat” yang bersumber dari Allah
SWT. Sebagai ilustrasi, wahyu atau ilham itu mirip dengan pesan singkat di
zaman digital ini. Bisa dibayangkan, jika teknologi manusia saja sudah mampu
mengirim pesan singkat melalui SMS/WA dari Indonesia ke Makkah dalam hitungan
detik; tentu “teknologi” Allah SWT jauh melampaui batas nalar manusia. Letak
perbedaan antara wahyu dan ilham adalah penerimanya. Penerima wahyu adalah nabi
dan rasul, sedangkan penerima ilham adalah wali atau kekasih Allah SWT. Di
bawah ilham, pesan cepat dari Allah SWT disebut dengan intuisi. Intuisi ini diberikan
kepada seluruh manusia yang berakal. Contoh intuisi adalah ide cemerlang yang
muncul tiba-tiba, tanpa terduga sebelumnya.
2. Al-Qur’an,
Hadis Qudsi dan Hadis Nabawi sama-sama wahyu dari Allah SWT. Perbedaan
ketiganya terletak pada bobot wahyu. Jika al-Qur’an merupakan firman Allah SWT dari
segi lafazh maupun makna; Hadis Qudsi merupakan firman Allah SWT dari segi
makna saja; sedangkan Hadis Nabawi merupakan firman Allah SWT dari segi
substansi atau spiritnya. Sebagai ilustrasi, seorang dosen mengirim pesan
singkat kepada mahasiswa: “Besok masuk jam 07.00 WIB”. Kemudian
mahasiswa tersebut menyampaikan pesan kepada rekan-rekannya, “Besok masuk
jam 07.00 WIB”. Ini contoh ilustrasi al-Qur’an, yaitu pesan disampaikan
persis dari segi lafazh maupun maknanya. Sedangkan contoh ilustrasi Hadis Qudsi
adalah, pesan dosen tersebut disampaikan dengan redaksi demikian, “Besok
pelajaran dimulai pukul 07.00 WIB tepat”. Jadi, yang disampaikan adalah
maknanya, bukan lafazhnya. Adapun contoh ilustrasi Hadis Nabawi adalah, pesan
dosen tersebut disampaikan dengan redaksi demikian, “Besok pagi jangan
sampai telat masuk pelajaran”. Di sini, yang disampaikan adalah substansi
pesan dosen tersebut.
3.
Kalamullah
(firman Allah SWT) tidak dibatasi oleh bahasa tertentu, termasuk bahasa Arab. Untuk
memahaminya, kita perlu mengambil contoh ilustratif. Misalnya, apabila membeli
barang di mini market sekitar rumah, biasanya barang tersebut memiliki barcode.
Barcode tersebut tidak berbahasa, akan tetapi ketika discan dengan alat
tertentu, muncul tulisan berbahasa Indonesia di komputer kasir. Jika lokasi
mini market tersebut di negara Inggris, tentu barcode tersebut memunculkan
tulisan berbahasa Inggris ketika discan. Dengan demikian, Kalamullah itu
ibarat barcode yang tidak dibatasi oleh bahasa tertentu; akan tetapi bisa menampilkan
berbagai bahasa ketika discan dengan alat tertentu. Mengingat “scan” Rasulullah
SAW berbahasa Arab, maka al-Qur’an pun berupa bahasa Arab. Seandainya dulu
Rasulullah SAW tingga di Indonesia, al-Qur’an pun akan berupa bahasa Indonesia.
Simpulannya, Kalamullah tidak terbatasi oleh bahasa tertentu; sedangkan
al-Qur’an merupakan Kalamullah yang sudah dibatasi oleh bahasa Arab,
karena diturunkan Allah SWT dengan bahasa Arab sebagai bahasa pengantarnya.
Wallahu A’lam bi
al-Shawab.
Singosari, 7 Oktober
2017
Rosidin