Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Risalah ASWAJA tentang Kematian

Risalah Ahlussunnah wal Jama'ah
Cover Buku Terjemah Risalah Aswaja karya KH. Hasyim Asy'ari

Dr. Rosidin, M.Pd.I
http://www.dialogilmu.com

*) Tulisan ini dikutip dari kitab Risalah Ahl al-Sunnah wa al-Jama'ah karya Hadlratus Syaikh KH. Muhammad Hasyim Asy'ari

Penjelasan Seputar Kematian, dengan tiga tema pokok:

Pertama, Hadis tentang pendengaran dan perkataan orang-orang yang sudah meninggal dunia.

Kedua, Pengetahuan si jezanah tentang orang yang memandikan, memikul, mengkafani dan memasukkannya ke dalam liang kubur.

Ketiga, Pengetahuan, kehidupan, dan kembalinya ruh kepada jasad.

Terkait pendengaran dan perkataan (orang yang sudah wafat), Imam Bukhari RA meriwayatkan dalam Kitab Shahih-nya dari Anas ibn Malik RA bahwa Nabi SAW bersabda:

الْعَبْدُ إِذَا وُضِعَ فِي قَبْرِهِ وَتُوُلِّيَ وَذَهَبَ أَصْحَابُهُ حَتَّى إِنَّهُ لَيَسْمَعُ قَرْعَ نِعَالِهِمْ أَتَاهُ مَلَكَانِ فَأَقْعَدَاهُ فَيَقُولَانِ لَهُ مَا كُنْتَ تَقُولُ فِي هَذَا الرَّجُلِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَيَقُولُ أَشْهَدُ أَنَّهُ عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ فَيُقَالُ انْظُرْ إِلَى مَقْعَدِكَ مِنْ النَّارِ أَبْدَلَكَ اللَّهُ بِهِ مَقْعَدًا مِنْ الْجَنَّةِ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَيَرَاهُمَا جَمِيعًا وَأَمَّا الْكَافِرُ أَوْ الْمُنَافِقُ فَيَقُولُ لَا أَدْرِي كُنْتُ أَقُولُ مَا يَقُولُ النَّاسُ فَيُقَالُ لَا دَرَيْتَ وَلَا تَلَيْتَ ثُمَّ يُضْرَبُ بِمِطْرَقَةٍ مِنْ حَدِيدٍ ضَرْبَةً بَيْنَ أُذُنَيْهِ فَيَصِيحُ صَيْحَةً يَسْمَعُهَا مَنْ يَلِيهِ إِلَّا الثَّقَلَيْنِ.

Seorang hamba, ketika diletakkan di dalam kuburan; lalu orang-orang yang mengiringi jenazahnya berpaling dan pergi meninggalkannya, maka dia bisa mendengarkan suara langkah kaki mereka; kemudian datanglah dua malaikat kepadanya, dan bertanya: “Apa pendapatmu tentang laki-laki ini, yaitu Nabi Muhammad SAW?”. Si hamba menjawab: “Saya bersaksi bahwa laki-laki itu adalah hamba Allah dan Rasulullah”. Maka dikatakan kepadanya: “Lihatlah tempatmu (semula) di neraka, lalu Allah menggantinya dengan tempat di surga”. Nabi SAW bersabda: “Kemudian si hamba dapat melihat tempatnya di surga maupun di neraka. Adapun orang kafir atau munafik, maka (ketika diberi pertanyaan serupa, pent.), dia akan menjawab: “Saya tidak tahu. Saya berpendapat sebagaimana pendapat manusia yang lain”. Maka dikatakan kepadanya: “Engkau tidak mengetahui dan engkau tidak mau tahu tentang dia (Nabi Muhammad SAW)”. Lalu ditancapkanlah paku besi di antara kedua telinga orang kafir atau munafik tersebut, sehingga dia berteriak yang teriakannya bisa didengarkan oleh makhluk-makhluk di sekitarnya, kecuali jin dan manusia.

Imam Bukhari meriwayatkan dari sanad Sa’id al-Khudri RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda:

إِذَا وُضِعَتْ الْجِنَازَةُ فَاحْتَمَلَهَا الرِّجَالُ عَلَى أَعْنَاقِهِمْ، فَإِنْ كَانَتْ صَالِحَةً، قَالَتْ: قَدِّمُونِيْ، وَإِنْ كَانَتْ غَيْرَ صَالِحَةٍ، قَالَتْ لِأَهْلِهَا: يَا وَيْلَهَا أَيْنَ يَذْهَبُونَ بِهَا، يَسْمَعُ صَوْتَهَا كُلُّ شَيْءٍ إِلاَّ الْإِنْسَانَ وَلَوْ سَمِعَ الْإِنْسَانُ لَصَعِقَ.

Jika jenazah sudah dimasukkan (ke dalam keranda mayat), dan orang-orang sudah memikul si jenazah di atas pundak mereka; maka jika ia adalah jenazah orang yang shalih, maka dia akan berkata: “Bergegaslah”. Sedangkan jika ia adalah jenazah yang tidak shalih, maka dia akan berteriak: “Aduh celaka, mau kalian bawa ke mana tubuhku ini?”. Segala sesuatu mendengarkan perkataan jenazah tadi kecuali manusia. Seandainya seorang manusia bisa mendengarnya, niscaya dia akan pingsan.

Imam Bukhari meriwayatkan dari al-Laits bin Sa’id yang menceritakan Hadis yang serupa. Al-Laits berkata: “Jenazah itu berteriak kepada keluarganya: “Aduh celaka”. al-Laits berkata: “Seandainya manusia mendengar jeritan si jenazah, niscaya manusia akan pingsan”.

Al-Thabarani meriwayatkan Hadis dalam Mu’jam al-Ausath dari Abu Sa’id al-Khudri RA sesungguhnya Nabi SAW bersabda:

إِنَّ الْمَيِّتَ يَعْرِفُ مَنْ يُغْسِلُهُ وَيَحْمِلُهُ وَيَكْفِنُهُ وَمَنْ يُدَلِّيْهِ فِي حُفْرَتِهِ.

Sesungguhnya mayat itu mengetahui orang yang memandikannya, memikulnya, mengkafaninya, dan yang memasukkannya ke dalam liang kuburan.

Sa’id ibn Jubair RA berkata: “Sesungguhnya orang-orang yang sudah meninggal dunia itu memperoleh kabar (informasi) tentang orang-orang yang masih hidup. Tidak seorang pun yang mempunyai kekasih atau kerabat, kecuali akan datang kepadanya berita tentang kaum kerabatnya tadi. Jika memperoleh kabar baik, maka si mayat akan merasa senang dan gembira; sedangkan jika memperolah kabar buruk, maka dia akan cemberut dan merasa sedih”.

Ibnu Munabbih RA berkata:

أَنَّ اللهَ تَعَالَى بَنَى دَارًا فِي السَّمَاءِ السَّابِعَةِ يُقَالُ لَهَا الْبَيْضَاءُ، تَجْتَمِعُ فِيْهَا اَرْوَاحُ الْمُؤْمِنِيْنَ، فَإِذَا مَاتَ الْمَيِّتُ مِنْ أَهْلِ الدُّنْيَا تَلَقَّتْهُ الأَرْوَاحُ فَيَسْأَلُوْنَ عَنْ أَخْبَارِ الدُّنْيَا كَمَا يَسْأَلُ الْغَائِبُ أَهْلَهُ إِذَا قَدِمَ مِنْ سَفَرٍ عَلَيْهِمٍ.

Sesungguhnya Allah membangun sebuah rumah di langit ketujuh yang disebut dengan al-Baidha’ (putih bersinar). Rumah itu adalah tempat berkumpulnya ruh-ruh kaum mukminin. Jika ada penduduk bumi meninggal dunia, maka ruh-ruh itu akan menemui-nya (menyambutnya) dan bertanya tentang kabar dunia sebagaimana orang yang bepergian bertanya tentang keadaan keluarganya ketika dia baru pulang dari bepergian meninggalkan mereka. [HR. Abu Nu’aim dalam al-Hulyah]

Berkaitan dengan pengetahuan, kehidupan dan kembalinya ruh kepada jasad, maka sudah ada keterangan dari al-Barra’ ibn ‘Azib RA berupa sebuah Hadis panjang yang menghimpun hukum-hukum (cerita-cerita) orang-orang yang sudah meninggal dunia. Dalam Hadis ini juga terdapat penjelasan tentang kembalinya ruh kepada jasad. Al-Barra’ berkata:

خَرَجْنَا مَعَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي جِنَازَةِ رَجُلٍ مِنْ الْأَنْصَارِ فَانْتَهَيْنَا إِلَى الْقَبْرِ وَلَمَّا يُلْحَدْ، فَجَلَسَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَجَلَسْنَا حَوْلَهُ كَأَنَّمَا عَلَى رُؤُوْسِنَا الطَّيْرُ، فَجَعَلَ يَرْفَعُ بَصَرَهُ وَيَنْظُرُ إِلَى السَّمَاءِ، وَيَخْفَضُ بَصَرَهُ وَيَنْظُرُ إِلَى الأَرْضِ.

Kami keluar bersama Rasulullah SAW untuk menghadiri (pemakaman) jenazah laki-laki Anshar. Lalu kami sampai di kuburan, namun masih belum digali. Rasulullah SAW duduk dan kami duduk di sekitar beliau seakan-akan di atas kepala kami ada burung. Nabi SAW mengangkat pandangan dan melihat ke arah langit; lalu beliau menundukkan penglihatan dan melihat ke arah bumi.

ثُمَّ قَالَ: أَعُوْذُ بِاللَّهِ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، قَالَهَا مِرَارًا. ثُمَّ قَالَ: إِنَّ الْعَبْدَ الْمُؤْمِنَ إِذَا كَانَ فِي قِبَلٍ مِنَ الأَخِرَةِ  وَانْقِطَاعٍ مِنَ الدُّنْيَا، جَاءَهُ مَلَكٌ فَجَلَسَ عِنْدَ رَأْسِهِ فَيَقُولُ: أُخْرُجِيْ أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ اللَّهِ وَرِضْوَانٍ. فَتَخْرُجُ نَفْسُهُ وَتَسِيلُ كَمَا يَسِيلُ قَطْرُ السِّقَاءِ، وَتَنْزِلُ الْمَلاَئِكُةُ مِنَ الْجَنَّةِ بَيِّضُ الْوُجُوْهِ كَأَنَّ وُجُوْهَهُمُ الشَّمْسُ، مَعَهُمْ اَكْفَانٌ مِنْ اَكْفَانِ الْجَنَّةِ وَحَنُوْطٌ مِنْ حَنُوْطِهَا، فَيَجْلِسُوْنَ مِنْهُ مَدَّ الْبَصَرِ، فَإِذَا قَبَضَهَا الْمَلَكُ لَمْ يَدَعُوهَا فِي يَدِهِ طَرْفَةَ عَيْنٍ، فَذَلِكَ قَوْلُهُ تَعَالَى عَزَّ وَجَلَّ: تَوَفَّتْهُ رُسُلُنَا وَهُمْ لَا يُفَرِّطُونَ (الأنعام: 61)

Setelah itu Rasulullah SAW bersabda: “Aku berlindung kepada Allah dari adzab kubur”. Nabi SAW mengucapkannya berkali-kali. Lalu Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya seorang hamba mukmin, jika sudah menatap akhirat dan meninggalkan dunia, maka malaikat datang kepadanya dan duduk di samping kepalanya. Malaikat itu berkata: “Keluarlah wahai nafsu muthmainnah (jiwa yang tenang) menuju pada maghfirah (ampunan) dan ridho Allah SWT”. Setelah itu, jiwa (nyawa) orang mukmin tadi keluar dan mengalir seperti mengalirnya tetesan air (hujan). Kemudian malaikat turun dari surga dengan wajah putih seakan-akan seperti sinar matahari. Para malaikat itu membawa kafan-kafan dari surga dan minyak wangi surga. Para malaikat itu duduk bersama si mayat sepanjang mata memandang (dalam waktu yang lama, pent.). Ketika malaikat (Izra'il) mencabut nyawa si mukmin, maka para malaikat tidak akan melepaskan nyawa tersebut dari pegangan mereka sedetik pun. Yang demikian itu adalah firman Allah SWT: Ia diwafatkan oleh malaikat-malaikat kami, dan malaikat- malaikat kami itu tidak melalaikan kewajibannya” (Q.S. al-An’am [6]: 61].

قَالَ: فَتَخْرُجُ نَفْسُهُ كَأَطْيَبِ رِيْحٍ وُجِدَتْ، فَتَعْرُجُ بِهِ الْمَلاَئِكَةُ، فَلاَ يَأْتُوْنَ عَلَى جُنْدٍ. وَفِي رِوَايَةٍ: فَلاَ يَزَالُ يَمُرُّ بِالأُمَمِ السَّابِقَةِ وَالْقُرُوْنِ الْخَالِيَةِ كَأَمْثَالِ الْجَرَادِ الْمُنْتَشِرِ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ إِلاَّ قَالُوا: مَا هَذِهِ الرُّوحُ؟ فَيُقَالُ: فُلَانٌ بِأَحَبِّ أَسْمَائِهِ حَتَّى يَنْتَهُوا بِهِ إِلَى بَابِ السَّمَاءِ الدُّنْيَا، فَتُفْتَحُ لَهُ، وَيُشَيِّعُهُ مِنْ كُلِّ سَمَاءٍ مُقَرَّبُوهَا حَتَّى يُنْتَهَى بِهَا إِلَى السَّمَاءِ السَّابِعَةِ، فَيَقُولُ: اكْتُبُوْا كِتَابَهُ فِي عِلِّيِّينَ، وَمَا أَدْرَاكَ مَا عِلِّيُّونَ، كِتَابٌ مَرْقُومٌ، يَشْهَدُهُ الْمُقَرَّبُونَ، فَيُكْتَبُ كِتَابُهُ فِي عِلِّيِّيْنَ. ثُمَّ يُقَالُ: رُدُّوْهُ إِلَى الْأَرْضِ، فَإِنِّي وَعَدْتُهُمْ أَنِّيْ مِنْهَا خَلَقْنَاهُمْ وَفِيهَا نُعِيدُهُمْ وَمِنْهَا نُخْرِجُهُمْ تَارَةً أُخْرَى، فَتُرَدُّ إِلَى الأَرْضِ، وَتُعَادُ رُوحُهُ إِلَى جَسَدِهِ.

Rasulullah SAW bersabda: “Lalu nyawa orang mukmin itu keluar dengan bau yang paling wangi; dan nyawa tersebut dibawa naik oleh malaikat. Malaikat itu tidak mendatangi sekelompok makhluk –Dalam sebuah riwayat– nyawa orang mukmin itu terus-menerus melewati umat-umat terdahulu dan generasi yang sudah musnah, seperti belalang yang berhamburan di antara langit dan bumi, kecuali mereka berkomentar: “Nyawa (ruh) siapakah ini?”. Maka dijawab: “Nyawa (ruh) si Fulan, dia disebut dengan nama yang paling dia senangi, sampai para malaikat itu tiba di pintu langit dunia, lalu pintu itu dibuka. Selanjutnya nyawa (ruh) itu diantarkan oleh para malaikat penjaga setiap langit, sampai tiba di langit ke-7. Lalu Allah SWT berfirman: “Catatlah (ruh ini) dalam 'Illiyyin. Apa yang dimaksud dengan 'Illiyyin?, yaitu kitab catatan amal orang-orang yang baik. yang disaksikan oleh malaikat-malaikat yang didekatkan (kepada Allah). Kemudian buku catatan amal si Fulan dituliskan dalam 'Illiyyin”. Lalu dikatakan: “Kembalikan dia (si Fulan) ke bumi, sesungguhnya Aku berjanji kepada manusia bahwa kami menciptakan mereka dari tanah; kami akan mengembalikan mereka ke dalam tanah; dan kami akan mengeluarkan (membangkitkan) mereka dari tanah”. Selanjutnya nyawa si Fulan dikembalikan ke bumi dan dikembalikan lagi ke jasadnya.

فَيَأْتِيهِ مَلَكَانِ شَدِيْدَا الإِنْتِهَارِ، فَيَنْتَهِرَانِهِ وَيُجْلِسَانِهِ، فَيَقُولاَنِ: مَنْ رَبُّكَ؟ وَمَا دِينُكَ؟  فَيَقُولُ: رَبِّيْ اللَّهُ، وَدِينِيْ الْإِسْلَامُ. فَيَقُولاَنِ: فَمَاذَا تَقُوْلُ فِي هَذَا الرَّجُلِ الَّذِيْ بُعِثَ فِيكُمْ؟ فَيَقُولُ: هُوَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. فَيَقُوْلُوْنَ: وَمَا يُدْرِيْكَ؟ فَيَقُوْلُ: جَاءَنَا بِالْبَيِّنَاتِ مِنْ رَبِّنَا فَآمَنْتُ بِهِ وَصَدَّقْتُ، قَالَ: وَذَلِكَ قَوْلُهُ تَعَالَى: يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآَخِرَةِ (إبراهيم: 27).

Kemudian datang dua malaikat yang berbicara sangat lantang; kedua malaikat itu membentak dan mendudukkan si Fulan; kedua malaikat tersebut bertanya: “Siapa Tuhanmu? Apa agamamu?” Si Fulan menjawab: “Tuhanku adalah Allah; agamaku adalah Islam”. Lalu kedua malaikat itu bertanya lagi: “Apa pendapatmu tentang laki-laki ini (Nabi Muhammad SAW) yang diutus kepada kalian?”. Si Fulan menjawab: “Dia adalah Rasulullah”. Kedua malaikat tadi kembali bertanya: “Apa yang membuatmu mengetahuinya?” Si Fulan menjawab: “Beliau telah datang kepada kami dengan membawa bukti-bukti yang jelas dari Tuhan kami, kemudian saya beriman dan membenarkan beliau”. Nabi SAW bersabda: “Yang demikian itu adalah firman Allah SWT (Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat) (Q.S. Ibrahim [14]: 27).

قَالَ: وَيُنَادِيْ مُنَادٍ مِنَ السَّمَاءِ: قَدْ صَدَقَ عَبْدِي، فَأَلْبِسُوْهُ مِنَ الْجَنَّةِ، وَيُفْرِشُ مِنْهَا وَيُرَى مَنْزِلُهُ وَيُفْسَحُ لَهُ مَدَّ بَصَرِهِ، وَيُمَثَّلُ لَهُ عَمَلُهُ فِي صُوْرَة رَجُلٍ حَسَنِ الْوَجْهِ طَيِّبِ الرِّيحِ حَسَنُ الثِّيَابِ فَيَقُولُ: بَشَّرَكَ الله بِخَيْرٍ، مَنْ أَنْتَ؟ فَوَجْهُكَ الْوَجْهُ اَلَّذِيْ جَاءَنَا بِخَيْرٍ، فَيَقُولُ: هَذَا يَوْمُكَ الَّذِيْ كُنْتَ تُوْعَدُ، وَالأَمْرُ الَّذِيْ كُنْتَ تُوْعَدُ، وَأَنَا عَمَلُكَ الصَّالِحُ، فَوَاللهِ مَا عَلِمْتُكَ إِلاَّ كُنْتَ سَرِيْعًا فِي طَاعَةِ اللهِ بَطِيْئًا عَنْ مَعْصِيَةِ اللهِ، فَجَزَاكَ الله خَيْرًا. فَيَقُولُ: يَا رَبِّ أَقِمْ السَّاعَةَ كَيْ أَرْجِعَ إِلَى أَهْلِي وَمَالِي.

Nabi SAW bersabda: “Dan ada yang memanggil-manggil dari langit: “Sungguh benar hamba-Ku; maka tempatkan dia di surga”. Lalu dihamparkanlah surga; diperlihatkan tempatnya di surga; diperluas surga baginya sejauh mata memandang. Kemudian amal perbuatannya berubah wujud menjadi seorang laki-laki tampan, baunya harum dan pakaiannya bagus. Laki-laki (perwujudan amal shalih, pent.) itu berkata: “Bergembiralah dengan apa yang telah dijanjikan oleh Allah 'Azza wa Jalla kepadamu; bergembiralah dengan ridho dari Allah dan surga-surga yang di dalamnya terdapat kenimatan abadi”. Si Fulan berkata: “Semoga Allah menganugerahkan kebaikan kepada Anda. Siapakah Anda itu?. wajah Anda adalah wajah yang mendatangi kami dengan (membawa) kebaikan”. Laki-laki itu menjawab: “Hari ini adalah hari yang telah dijanjikan kepadamu. Perkara ini adalah perkara yang telah dijanjikan kepadamu. Aku adalah amal shalih-mu. Demi Allah, saya hanya mengetahuimu selalu bergegas dalam ketaatan kepada Allah SWT; dan melambat dalam kemaksiatan kepada-Nya. Semoga Allah SWT membalasmu dengan kebaikan”. Si Fulan berkata:  “Wahai Tuhanku, mohon langsungkanlah hari kiamat, agar aku dapat kembali (berkumpul) dengan keluargaku dan hartaku”.  

قَالَ: وَإِنْ كَانَ فَاجِرًا، فَإِذَا كَانَ فِي قِبَلٍ مِنَ الأَخِرَةِ  وَانْقِطَاعٍ مِنَ الدُّنْيَا، جَاءَهُ مَلَكٌ فَجَلَسَ عِنْدَ رَأْسِهِ فَيَقُولُ: أُخْرُجِيْ أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْخَبِيْثَةُ، اَبْشِرِي بِسُخْطِ اللهِ وَغَضَبِهِ. فَتَنْزِلُ مَلاَئِكُةٌ سُوْدُ الْوُجُوْهِ مَعَهُمْ مُسُوْحُ، فَإِذَا قَبَضَهَا الْمَلَكُ قَامُوْا فَلَمْ يَدَعُوهَا فِي يَدِهِ طَرْفَةَ عَيْنٍ.

Nabi Muhammad SAW bersabda: “Jika jenazah yang meninggal dunia adalah orang yang durhaka, maka ketika sudah menatap akhirat dan meninggalkan dunia, maka malaikat datang kepadanya dan duduk di samping kepalanya. Malaikat itu berkata: “Keluarlah kamu wahai nasfu yang kotor. Rasakan kebencian dan kemurkaan Allah!”. Lalu turun para malaikat yang berwajah hitam dengan membawa pakaian yang kasar. Ketika malaikat (Izra'il) mencabut nyawa si mukmin, maka para malaikat tidak akan melepaskan nyawa tersebut dari pegangan mereka sedetik pun”.

قَالَ: فَتَفَرَّقَ فِي جَسَدِهِ، فَيَسْتَخْرِجُهَا تَقَطَّعَ مَعَهَا الْعَرُوْقُ وَالْعَصَبُ كَالسُّفُوْدِ الْكَبِيْرِ الشَّعْبِ فِي الصُّوْفِ الْمَبْلُوْلِ، فَتُؤْخَذُ مِنَ الْمَلَكِ فَتَخْرُجُ كَأَنْتُنِ رِيْحٍ وُجِدَتْ، فَلاَ تَمُرُّ عَلَى جُنْدٍ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ، إِلَّا قَالُو:ا مَا هَذَا الرُّوحُ الْخَبِيثُ؟ فَيَقُولُونَ: هَذَا فُلَانٌ بِأَسْوَاءِ أَسْمَائِهِ حَتَّى يُنْتَهُوْا بِهِ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا، فَلاَ يُفْتَحُ لَهُ، فَيَقُوْلُ: رُدُّوْهُ إِلَى الأَرْضِ، إِنِّيْ وَعَدْتُهُمْ أَنِّيْ مِنْهَا خَلَقْنَاهُمْ وَفِيهَا نُعِيدُهُمْ وَمِنْهَا نُخْرِجُهُمْ تَارَةً أُخْرَى. قَالَ: فَيُرْمِيْ بِهِ مِنَ السَّمَاءِ، قَالَ: فَتَلاَ هَذِهِ الأيةَ (فَكَأَنَّمَا خَرَّ مِنَ السَّمَاءِ فَتَخْطَفُهُ الطَّيْرُ أَوْ تَهْوِي بِهِ الرِّيحُ فِي مَكَانٍ سَحِيقٍ) (الحج: 31)، وَيُعَادُ إِلَى الأَرْضِ، وَتُعَادُ فِيْهِ رُوْحُهُ.

Nabi SAW bersabda: “Lalu nyawa itu berpisah dari jasadnya, kemudian para malaikat itu mengeluarkan nyawa (ruh) dalam kondisi tercabik-cabik otot-ototnya seolah-olah seperti tusuk (sate) yang besar mencabik-cabik kain wool yang basah. Selanjutnya nyawa itu dicabut dan keluar dengan dengan bau paling busuk yang pernah ada. Setiap kali nyawa (ruh) si Fulan itu melewati para penghuni antara langit dan bumi, pasti mereka berkomentar: “Siapa (pemilik) nyawa kotor ini?” Para malaikat menjawab: “Ini adalah ruh si Fulan –dipanggil dengan ma,a panggilan yang paling buruk– hingga para malaikat tiba di langit dunia. Namun pintu langit tidak dibuka, bahkan dikatakan: “Kembalikan si Fulan itu ke bumi; karena sesungguhnya Aku berjanji kepada manusia bahwa kami menciptakan mereka dari tanah; kami akan mengembalikan mereka ke dalam tanah; dan kami akan mengeluarkan (membangkitkan) mereka dari tanah”. Al-Barra' (perawi Hadis ini, pent.) berkata: “Kemudian nyawa si Fulan itu dilemparkan dari langit. Al-Barra’ berkata: Lalu Rasulullah SAW membaca ayat (Barangsiapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka adalah ia seolah-olah jatuh dari langit disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh) (Q.S. al-Hajj [22]: 31). Si Fulan akhirnya dikembalikan lagi ke bumi dan nyawanya dikembalikan ke jasad.

وَيَأْتِيهِ مَلَكَانِ شَدِيْدَا الإِنْتِهَارِ، فَيَنْتَهِرَانِهِ وَيُجْلِسَانِهِ، فَيَقُولُ: مَنْ رَبُّكَ؟ وَمَا دِينُكَ؟ فَيَقُولُ: لاَ أَدْرِي، سَمِعْتُ النَّاسَ يَقُوْلُوْنَ ذَلِكَ. فَيَقُوْلُ: لاَ دَرَيْتَ، فَيُضَيَّقُ عَلَيْهِ قَبْرُهُ حَتَّى تَخْتَلِفَ أَضْلَاعُهُ.  وَيُمَثَّلُ لَهُ عَمَلُهُ فِي صُوْرَة رَجُلٍ قَبِيحِ الْوَجْهِ وَمُنْتِنِ الرِّيحِ وَ قَبِيحِ الثِّيَابِ.فَيَقُولُ: أَبْشِرْ بِعَذَابٍ مِنَ اللهِ وَسُخْطِهِ. فَيَقُولُ: مَنْ أَنْتَ؟ فَوَجْهُكَ الْوَجْهُ الَّذِيْ جَاءَ بِالشَّرِّ. فَيَقُولُ: أَنَا عَمَلُكَ الْخَبِيثُ، وَاللهِ مَا عَلِمْتُكَ إِلاَّ كُنْتَ بَطِيْئًا عَنْ طَاعَةِ اللهِ سَرِيْعًا إِلَى مَعْصِيَةِ اللهِ. فَيُقْبَضُ لَهُ مَلَكٌ اَصَمُّ اَبْكَمُ مَعَهُ مِرْزَبَةٌ لَوْ ضُرِبَتْ بِهَا جَبَلٌ صَارَ تُرَابًا اَوْ رَمِيْمًا، فَيَضْرِبُهُ بِهَا ضَرْبَةً يَسْمَعُهَا الْخَلاَئِقُ إِلاَّ الثَّقَلَيْنِ، ثُمَّ تُعَادُ فِيْهِ الرُّوْحُ فَيَضْرِبُهُ ضَرْبَةً أُخْرَى.

Selanjutnya datang dua malaikat yang berbicara sangat lantang; kedua malaikat itu membentak dan mendudukkan si Fulan; keduanya bertanya: “Siapa Tuhanmu? Apa agamamu?” Si Fulan menjawab: “Saya tidak tahu. Saya pernah mendengar orang-orang berbicara tentang hal itu”. Kedua malaikat itu bertanya lagi: “Kamu memang tidak mengetahui!”. Lalu kuburan si Fulan menjadi sempit sehingga meremukkan tulang-tulangnya. Kemudian amal perbuatannya berubah wujud menjadi laki-laki buruk rupa, baunya busuk dan pakaiannya jelek. Laki-laki itu berkata: “Rasakan adzab Allah 'Azza wa Jalla dan kebencian-Nya”. Si Fulan bertanya: “Siapakah kamu itu?. Wajahmu adalah wajah yang datang dengan membawa kejelekan”. Laki-laki itu berkata: “Aku adalah amal buruk-mu. Demi Allah, saya hanya mengetahuimu melambat dalam ketaatan kepada Allah SWT; dan bergegas dalam maksiat kepada-Nya”. Lalu datang malaikat dengan membawa tongkat besi yang jika digunakan untuk memukul gunung, niscaya gunung itu akan hancur lebur menjadi debu atau pasir. Malaikat itu memukul si Fulan dengan pukulan yang dapat didengar oleh makhluk-makhluq, kecuali jin dan manusia. Setelah itu, nyawa dikembalikan lagi pada jasad si Fulan, untuk kemudian dipukul lagi dengan pukulan yang lain. [Hadis ini diriwayatkan oleh sekelompok imam Hadis dalam kitab Musnad-nya, di antara mereka adalah Imam Ahmad ibn Hanbal RA]

Imam al-Haramain, al-Faqih Abu Bakar bin al-‘Arabi dan Imam Saifuddin al-Amidi berkata: “Generasi (ulama’) salaf umat Islam telah sepakat sebelum merebaknya perbedaan-perbedaan; atau mayoritas generasi (ulama’) salaf telah sepakat setelah merebaknya perbedaan-perbedaan; tentang keyakinan adanya kehidupan orang-orang yang sudah meninggal dunia di alam kubur mereka; adanya pertanyaan dua malaikat kepada ahli kubur; dan adanya adzab kubur bagi orang-orang yang durhaka dan orang-orang kafir. Dan firman Allah SWT:

وَأَحْيَيْتَنَا اثْنَتَيْنِ

Dan telah menghidupkan kami dua kali (pula) (Q.S. al-Mu’min [40]: 11)

Maksudnya adalah kehidupan karena akan ditanyai malaikat di dalam alam kubur; dan kehidupan karena akan digiring ke padang mahsyar; karena keduanya adalah dua kehidupan yang membuat umat manusia mengetahui Allah SWT, sedangkan kehidupan pertama ketika di dunia tidak membuat mereka mengetahui Allah SWT.

Ketahuilah! Bahwa apa yang dikandung oleh Hadis ini, mulai dari malaikat maut, Munkar, Nakir, dan malaikat-malaikat lain; tempat-tempat di akhirat; semua itu termasuk perkara-perkara yang bersifat mutasyabbihat, yaitu tidak ada jalan bagi seorangpun untuk memahami sedikitpun dari sifat-sifatnya berdasarkan akal. Jadi, seorang hamba diuji keyakinan-nya dengan perkara mutasyabbihat tersebut, bukan untuk tujuan lain. Sesungguhnya kelompok Ahlussunnah wal Jama’ah sepakat bahwa orang-orang yang wafat dapat memperoleh manfaat dari usaha orang-orang yang masih hidup, melalui dua perkara, yaitu: 1) Perkara yang keberadaannya disebabkan oleh (atas jasa) si mayat ketika masih hidup. 2) Do'a dan istighfar kaum muslimin yang ditujukan kepada si mayat; demikian juga dengan shadaqah dan haji yang ditujukan kepada si mayat.

Namun para ulama’ Ahlussunnah wal Jama’ah masih berbeda pendapat dalam hal ibadah badaniyah, misalnya: puasa, shalat, membaca al-Qur'an dan dzikir. Jumhur ulama’ salaf berpendapat bahwa semua ibadah badaniyah itu (pahalanya) sampai kepada si mayat; sedangkan sebagian ahli bid’ah menyatakan bahwa (pahala) semua ibadah itu sama sekali tidak akan sampai kepada si mayat, baik berupa do'a maupun yang lainnya. Pernyataan mereka ini dapat dibantah (ditolak) oleh al-Qur'an dan al-Sunnah. Adapun istidlal (penggunaan dalil) mereka dengan firman Allah SWT:

وَأَنْ لَيْسَ لِلْإِنْسَانِ إِلَّا مَا سَعَى

Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya (Q.S. al-Najm [53]: 39).

Penggunaan dalil Ayat ini dibantah (ditolak), karena sesungguhnya Allah SWT tidak menafikan pengambilan manfaat seseorang terhadap usaha orang lain; sesungguhnya Allah SWT hanya menafikan kepemilikan terhadap usaha orang lain. Adapun usaha seseorang adalah milik orang yang berusaha itu sendiri; jika dia berkenan, maka dia boleh memberikan (hasil) usahanya kepada orang lain; dan jika dia berkenan, maka (hasil) usahanya tetap untuk dirinya sendiri. Sesungguhnya Allah SWT tidak berfirman: “Sesungguhnya seseorang tidak dapat memperoleh manfaat, kecuali apa yang telah dia usahakan”.

Referensi:

KH. Hasyim Asy’ari. Risalah Ahl al-Sunnah wa al-Jama'ah. Jombang: Maktabah al-Turats.












Posting Komentar untuk "Risalah ASWAJA tentang Kematian"