Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA (1952-2016)

Jejak dari Buaian hingga Liang Lahad

         
Nama lengkap beliau Ali Mustafa Yaqub. Lahir di Desa Kemiri, Kecamatan Subah, Kabupaten Batang, Jawa Tengah, pada tanggal 2 Maret 1952. Ayahanda, Yaqub, seorang dai terkemuka dan imam di masjid-masjid Jawa Tengah; ibunda, Zulaikha, seorang ustadzah sekaligus ibu rumah tangga. Oleh sebab itu, sejak kecil Kiai Mustafa sudah hidup dalam suasana religius yang kenal bersama tujuh orang saudaranya.
          
Meskipun hidup dalam keluarga yang kaya atau berkecukupan, Kiai Mustafa tetap dididik hidup sederhana, anti foya-foya, mandiri dan taat agama. Akhlak terpuji tersebut selalu diterapkan sepanjang hayat, sehingga membuat Kiai Mustafa menjadi sosok yang sangat menginspirasi para muridnya. Sikap tegas dan disiplin selalu beliau ajarkan setiap pertemuan pembelajaran tanpa henti, dengan harapan semua muridnya menjadi ulama besar di dunia, bahkan mampu melampui beliau. Sikap tegas dan disiplin juga tampak ketika masih berusia muda, Kiai Mustafa rela mengetuk pintu kamar para muridnya tiap pukul 03.30 WIB untuk membangunkan mereka agar melaksanakan shalat malam.
         
Kiai Mustafa beserta keluarga tinggal di Jl. SD Inpres No. 11, RT 2, RW 9,  Pisangan Barat, Ciputat, Tangerang Selatan; yang berada di area Darus-Sunnah International Institute for Hadith Sciences yang beliau dirikan pada tahun 1997.   
          
Kiai Mustafa wafat pada hari Kamis, 28 April 2016, pukul 06.30 WIB, di Rumah Sakit Hermina, Ciputat, dalam usia 64 tahun. Beliau wafat dengan meninggalkan seorang istri dan seorang anak.

Jejak Akademik dan Non-Akademik
          
Jejak akademik Kiai Mustafa dimulai dengan menempuh studi tingkat dasar di SD dan SMP yang berlokasi di desa tempat tinggalnya.
          
Setelah tamat SMP, Kiai Mustafa mondok di Pondok Seblak Jombang (1966-1969). Kemudian beliau mondok di Pesantren Tebuireng Jombang (1969-1972). Kiai Mustafa melanjutkan studi sarjana pada Fakultas Syariah Universitas Hasyim Asyari Jombang (1972-1975). Di Pesantren Tebuireng, Kiai Mustafa juga menekuni kitab-kitab kuning di bawah asuhan para kiai sepuh, antara lain: KH. Idris Kamali, KH. Adlan Ali, KH. Shobari, dan KH. Syansuri Badawi. Beliau juga sempat dipercaya mengajar Bahasa Arab sampai awal 1976.
          
Selanjutnya Kiai Mustafa melanjutkan studi ke mancanegara dengan berkuliah di Fakultas Syariah Universitas Islam Imam Muhammad ibn Saud, Riyadh, Saudi Arabia (1976-1980) dan meraih gelar License (Lc.). Kemudian beliau melanjutkan jenjang Magister di Universitas King Saud dengan Konsentrasi Tafsir dan Hadis (1980-1985). Pada periode ini, Kiai Mustafa bertemu dan menimba ilmu dari dosen beliau yang merupakan pakar al-Qur’an dan Hadis kaliber internasional, yaitu Muhammad Mustafa al-A’zami. Bahkan Kiai Mustafa menjalin hubungan yang begitu akrab, sehingga diizinkan menerjemahkan buku al-A’zami tentang Sejarah Teks al-Qur’an ke dalam bahasa Indonesia. Setelah itu, Kiai Mustafa menyelesaikan studi doktor di Universitas Nizamia, Hyderabad, India, dengan Konsentrasi Hukum Islam (2005-2008).

Jejak Karier Organisasi
          
Di bidang organisasi, karier Kiai Mustafa meliputi: Anggota Komisi Fatwa MUI Pusat (1987); Sekjen Pimpinan Pusat Ittihadul Muballighin (1990-1996); Ketua Dewan Pakar, merangkap Ketua Dewan Departemen Luar Negeri Ittihadul Muballighin (1996-2000); Anggota Delegasi MUI untuk Memantau Pemotongan Hewan di Amerika (2000); Anggota Delegasi Departemen Agama untuk Studi Banding tentang Cara Menjaga Kelestarian al-Qur’an, di Iran, Mesir, Saudi Arabia dan Turki (2005-2006);  Ketua Umum Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Riyadh; Wakil Ketua Komisi Fatwa MUI Pusat (sejak 2005); Anggota Lajnah Pentashih al-Quran DEPAG RI (sejak 2005); Ketua Delegasi MUI untuk Memantau Pemotongan Hewan di Kanada (2007); Ketua Lembaga Pengkajian Hadis Indonesia (LepHi); Anggota Dewan Syariah Majlis Al-Dzikra; Anggota Dewan Syariah Bank Bukopin Syariah; Wakil Ketua Komisi Fatwa MUI Pusat (2005–2010); Wakil Ketua Dewan Syariah Nasional (DSN) Majlis Ulama Indonesia (MUI)  (1997–2010); Rais Syuriah PBNU Bidang Fatwa (sejak 2010); dan Penasihat Syariah Halal Transactions of Omaha Amerika Serikat (sejak 2010).
          
Di bidang pendidikan, Kiai Mustafa menjadi tenaga pendidik di sejumlah perguruan tinggi berikut: Institut Ilmu al-Qur;an (IIQ) Jakarta (sejak 1985); Perguruan Tinggi Ilmu al-Qur’an (PTIQ) Jakarta (1986); IAIN (sekarang menjadi UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta (1987-1988); Institut Agama Islam Shalahuddin al-Ayyubi (INNISA) Bekasi (1989-1990); Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah (sejak 2012). Beliau juga dipercaya menjadi Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah (STIDA) al-Hamidiyah Jakarta (1991-1997) dan Pengasuh Pesantren al-Hamidiyah Depok (1995-1997).
          
Di bidang dakwah, Kiai Mustafa aktif menjadi narasumber di berbagai kegiatan dakwah lisan maupun tulisan, antara lain: Pengajian Tinggi Islam Masjid Istiqlal; Pengajian di Masjid Agung Sunda Kelapa; Pengajian di Masjid Agung At-Tin; Pengajian di Masjid Raya Pondok Indah; Pendidikan Kader Ulama (PKU) MUI; Imam Besar Masjid Istiqlal (sejak 2005) serta menjadi Kolumnis Harian Pelita dan Majalah Amanah Jakarta.
Jejak Prestasi dan Legacy
          
Jejak akademik Kiai Mustafa yang luar biasa, terutama di bidang Hadis, akhirnya berbuah penobatan Guru Besar Hadis dan Ilmu Hadis dari Institut Ilmu-Ilmu al-Qur’an (IIQ) Jakarta pada tahun 1998, sehingga beliau berhak menyandang gelar Profesor. Bahkan Kiai Mustafa merupakan profesor pertama dalam bidang Hadis di Indonesia.
          
Kiai Mustafa meninggalkan warisan sejumlah lembaga pendidikan. Antara lain: Pendiri Pondok Pesantren Darus-Salam (1989) di Desa Kemiri (desa kelahiran beliau) yang kemudian diasuh oleh kakak beliau sendiri, KH. Ahmad Dahlan Nuri Yaqub; Pendiri Madrasah Darus-Sunnah, setingkat SMP dan SMA (2014); Pendiri Darus-Sunnah International Institute for Hadith Sciencens di Indonesia dan Malaysia (sejak 1997).
          
Kiai Mustafa juga aktif menghasilkan karya tulis, terutama terkait al-Qur’an dan Hadis yang merupakan spesialisasi beliau. Berikut ini karya-karya Kiai Mustafa pada periode tahun 1986-2015: Memahami Hakikat Hukum Islam (1986); Nasihat Nabi kepada para Pembaca dan Penghafal al-Quran (1990); Imam al-Bukhari dan Metodologi Kritik dalam Ilmu Hadis (1991); Hadis Nabawi dan Sejarah Kodifikasinya (1994); Kritik Hadis (1995); Sejarah dan Metode Dakwah Nabi (1997); Peran Ilmu Hadis dalam Pembinaan Hukum Islam (1999); Kerukunan Umat dalam Perspektif al-Quran dan Hadis (2000); Aqidah Imam Empat Abu Hanifah, Malik, Syafii, dan Ahmad (2001); Fatwa-fatwa Kontemporer (2002); MM Azami Pembela Eksistensi Hadis (2002); Hadis-hadis Bermasalah (2003); Hadis-hadis Palsu Seputar Ramadhan (2003); Nikah Beda Agama dalam Perspektif al-Quran dan Hadis (2005); Imam Perempuan (2006); Haji Pengabdi Setan (2006); Fatwa Imam Besar Masjid Istiqlal (2007); Toleransi antar Umat Beragama (2008); Islam di Amerika (2009); Kriteria Halal-Haram untuk Pangan, Obat, dan Kosmetika dalam Perspektif Al-Qur'an dan Hadis (2009); Islam Between War and Piece (2009); Kidung Bilik Pesantren (2009); Kiblat antara Bangunan dan Arah Kabah (2010); 25 Menit Bersama Obama (2010); Kiblat Menurut al-Quran dan Hadis: Kritik atas Fatwa MUI No. 5/2010 (2011); Ramadhan Bersama Ali Mustafa Yaqub (2011); Makan Tak Pernah Kenyang (2012);  Ijtihad, Terorisme, dan Liberalisme (2012); Panduan Amar Makruf Nahi Munkar (2012); Isbat Ramadan, Syawal, dan Zulhijah Menurut al-Kitab dan Sunnah (2013); Menghafal al-Quran di Amerika Serikat (2014); Cara Benar Memahami Hadis (2014); Setan Berkalung Surban (2014); Titik Temu Wahabi-NU (2015). Adapun karya beliau yang ditulis dalam bahasa Arab, antara lain: Ma’ayir al-Halal wa al-Haram (2010), al-Qiblat ‘ala Dhau’ al-Kitab wa al-Sunnah (2010), Dalil al-Hisbah (2010), Itsbat Ramadhan wa Syawwal wa Dzil-Hijjah ‘ala Dhau’ al-Kitab wa al-Sunnah (2013), al-Thuruq al-Shahihah fi Fahm al-Sunnah al-Nabawiyyah (2014), al-Wahhabiyah wa Nahdhatul-Ulama’: Ittifaq fi al-Ushul la Ikhtilaf (2015).