Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Wabah Virus Budaya Jahiliyah Modern


Ramalan Bintang
Ramalan Bintang sebagai Contoh Pengetahuan Jahiliyyah Modern

Dr. Rosidin, M.Pd.I
http://www.dialogilmu.com

Al-Qur’an menyeru umat manusia agar bergaul dengan Suku, Agama, Ras dan Antargolongan (SARA) lain agar saling “berta’aruf” (Q.S. al-Hujurat [49]: 13).

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا

Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari laki-laki dan perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling berta’aruf (Q.S. al-Hujurat [49]: 13).

Ta’aruf berasal dari kata ‘urf yang berarti kebudayaan yang terpuji, karena sesuai dengan pandangan umum masyarakat maupun ajaran agama.

Misalnya, bagi orang Indonesia, mencium tangan orangtua merupakan ‘urf, karena sesuai dengan pandangan umum masyarakat Indonesia yang menghormati orangtua dan ajaran Islam yang memerintahkan berbuat baik (ihsan) kepada kedua orangtua (Q.S. al-Ahqaf [46]: 15).

وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَانًا  

Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat ihsan kepada kedua orangtuanya (Q.S. al-Ahqaf [46]: 15).

Jadi, berta’aruf berarti saling bertukar kebudayaan yang terpuji. Misalnya, orang Indonesia meniru budaya baca orang Finlandia yang sangat tinggi; sedangkan orang Finlandia meniru budaya gotong royong orang Indonesia yang sangat tinggi.

Ironisnya, yang lebih banyak ditiru justru kebudayaan yang tercela. Memang, manusia lebih mudah meniru hal-hal negatif (fujur), daripada hal-hal positif (taqwa) (Q.S. al-Syams [91]: 8).

فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا (8)
Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya (Q.S. al-Syams [91]: 8).

Misalnya, lebih mudah meniru budaya Barat dalam hal mengonsumsi minuman keras dan narkotika, daripada meniru budaya Barat dalam hal pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang bermanfaat bagi masyarakat.

Pada masa awal Islam, sudah ada budaya tercela yang disebut Jahiliyyah. Al-Qur’an menyebut kata Jahiliyyah sebanyak empat kali dalam empat ayat. Berdasarkan ayat-ayat tersebut, budaya Jahiliyyah dapat dipilah menjadi empat.

Pertama, Pengetahuan Jahiliyyah (Q.S. Ali ‘Imran [3]: 154).
وَطَائِفَةٌ قَدْ أَهَمَّتْهُمْ أَنْفُسُهُمْ يَظُنُّونَ بِاللَّهِ غَيْرَ الْحَقِّ ظَنَّ الْجَاهِلِيَّةِ

Sedang segolongan lagi telah dicemaskan oleh diri mereka sendiri, mereka menyangka yang tidak benar terhadap Allah seperti sangkaan jahiliyah (Q.S. Ali ‘Imran [3]: 154).

Kedua, Sikap Jahiliyyah (Q.S. al-Fath [48]: 26).

إِذْ جَعَلَ الَّذِينَ كَفَرُوا فِي قُلُوبِهِمُ الْحَمِيَّةَ حَمِيَّةَ الْجَاهِلِيَّةِ
Ketika orang-orang kafir menanamkan dalam hati mereka kesombongan (yaitu) kesombongan Jahiliyah (Q.S. al-Fath [48]: 26).

Ketiga, Perbuatan Jahiliyyah (Q.S. al-Ahzab [33]: 33).

وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى

Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti Jahiliyah kuno (Q.S. al-Ahzab [33]: 33).

Keempat, Peraturan (Hukum) Jahiliyyah (Q.S. al-Ma’idah [5]: 50).

أَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ

Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki (Q.S. al-Ma’idah [5]: 50).

Jika dulu disebut Jahiliyyah Kuno (al-Jahiliyyah al-Ula), sekarang disebut Jahiliyyah Modern. Jahiliyyah Modern ini sekarang menjadi wabah virus budaya tercela yang menjangkiti umat muslim di berbagai negara, termasuk Indonesia. Sasaran utamanya adalah generasi muda, termasuk anak-anak dan remaja, karena mereka cenderung lebih mudah meniru, dibandingkan orang dewasa.

Contoh pengetahuan Jahiliyyah Modern adalah ramalan nasib yang beraneka-ragam. Antara lain: feng shui (shio) dari budaya China; kartu Tarot dari budaya Italia dan ramalan bintang (zodiak) dari budaya Yunani Kuno. Dari sekian banyak ramalan nasib, yang paling populer di kalangan generasi muda muslim adalah ramalan bintang yang didasarkan hari lahir. Misalnya, orang yang lahir tanggal 20 Februari sampai 20 April, bintangnya adalah Pisces (Ikan).

Banyaknya orang yang percaya ramalan bintang, membuat media massa, baik cetak (seperti koran, tabloid, majalah) maupun elektronik (seperti website, aplikasi), memiliki rubrik khusus ramalan bintang yang mengulas peruntungan, karier, keuangan, kesehatan hingga asmara (jodoh). Parahnya lagi, ramalan bintang tersebut dijadikan pijakan dalam menjalani kehidupan sehari-hari, sehingga mengabaikan al-Qur’an dan al-Sunnah yang seharusnya dijadikan pedoman hidup.   

Dalam Islam, percaya terhadap ramalan bintang termasuk tathayyur yang hukumnya haram. Bahkan Rasulullah SAW memberi ancaman,

مَنْ أَتَى عَرَّافًا فَسَأَلَهُ عَنْ شَىْءٍ لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلاَةٌ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً.

Barangsiapa mendatangi peramal (percaya peramal), maka shalatnya tidak diterima selama 40 hari” (H.R. Muslim).

Oleh sebab itu, generasi muda muslim perlu diingatkan bahaya ramalan bintang dengan meyakinkan mereka bahwa ramalan tersebut berhubungan dengan masa depan yang sesungguhnya hanya diketahui oleh Allah SWT (Q.S. Luqman [31]: 34).

إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْأَرْحَامِ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ (34)

Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari kiamat; dan Dia-lah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal (Q.S. Luqman [31]: 34).

Islam melarang tathayyur, namun memperkenankan tafa’ul, yaitu kata-kata bijak yang didengar seseorang (H.R. Ibnu Hibban), sehingga membuatnya termotivasi untuk berbuat sesuatu. 

أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ: (لاَ طَيْرَةَ وَخَيْرُهَا الْفَأْلُ) قِيْلَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، وَمَا الْفَأْلُ؟ قَالَ: (اَلْكَلِمَةُ الصَّالِحَةُ يَسْمَعُهَا أَحَدُكُمْ). (رَوَاهُ ابْنُ حِبَّان)

Contoh sikap Jahiliyyah Modern adalah bebas tanpa batas (liberal). Ini adalah sikap hidup khas budaya Barat yang mengagung-agungkan kebebasan manusia. Orang yang bersikap liberal akan meyakini bahwa hidup adalah miliknya sendiri, sehingga bebas melakukan apa saja tanpa ada yang boleh membatasi. Akibatnya, dia menjalani gaya hidup liar atau “semau gue”.

Misalnya, rambut disemir warna-warni, hidung ditindik, tangan ditato, kulit dioperasi plastik, bahkan operasi ganti jenis kelamin. Parahnya lagi, jika ada orangtua, guru, teman, apalagi orang lain memberi nasihat atau komentar negatif, maka dianggap telah melanggar privasi dan melecehkan harga diri, sehingga buru-buru diminta untuk mengurusi diri sendiri dan tidak ikut campur urusan orang lain. Padahal, Islam menyeru agar umat muslim saling nasihat-menasihati dalam hal kebenaran (Q.S. al-‘Ashr [103]: 3).

إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (3)

Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran (Q.S. al-‘Ashr [103]: 3).

Oleh sebab itu, generasi muda muslim perlu diingatkan bahwa manusia adalah makhluk yang bebas, namun terbatas. Salah satu batasannya adalah ajaran agama. Jika agama melarang, maka harus ditinggalkan, meskipun tidak sesuai dengan keinginan. Misalnya, babi adalah haram menurut Islam. Jika ada seorang muslim bersikukuh makan aneka masakan olahan babi, sekalipun atas nama tuntutan profesi, apalagi atas nama gaya hidup sebagai pecinta kuliner, maka dia dinilai bersikap melampaui batas yang pantas dikecam agama (Q.S. al-Ma’idah [5]: 87).

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تُحَرِّمُوا طَيِّبَاتِ مَا أَحَلَّ اللَّهُ لَكُمْ وَلَا تَعْتَدُوا إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ (87)

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa yang baik yang telah Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas  (Q.S. al-Ma’idah [5]: 87).

Contoh perbuatan Jahiliyyah Modern adalah aborsi. Sesungguhnya aborsi itu ibarat titik puncak dari pergaulan bebas. Pergaulan bebas meliputi budaya bersolek dan pamer aurat dengan gaya busana serba mini, demi menarik perhatian lawan jenis (Q.S. al-Ahzab [33]: 33); lalu memicu budaya pacaran (Q.S. al-Isra’ [17]: 32) yang bahkan sudah mewabah di kalangan anak-anak SD; kemudian naik menjadi budaya “kumpul kebo” berupa perzinahan atau perselingkuhan yang dilakukan pasangan yang belum maupun sudah menikah (Q.S. al-Nur [24]: 2); sehingga menghasilkan “anak haram” hasil perzinahan (Q.S. al-Qalam [68]: 13); yang bisa jadi “dibunuh secara tidak langsung” dengan dibuang saat masih bayi, atau “dibunuh secara langsung” dengan aborsi (Q.S. al-An’am [6]: 140).  

Contoh peraturan (hukum) Jahiliyyah Modern adalah Valentine yang diperingati setiap tanggal 14 Februari. Dengan berkedok Hari Kasih Sayang, justru Valentine lebih banyak diisi aktivitas pacaran atau perzinahan massal, karena mayoritas pesertanya adalah pasangan muda-mudi yang belum menikah. Begitu mengkhawatirkannya potensi perzinahan pada Hari Valentine, sampai-sampai membuat Wali Kota Makassar Ramdhan ‘Danny’ Pomanto memimpin razia penjualan alat kontrasepsi kondom di sejumlah gerai minimarket pada tanggal 13 Februari 2017 silam. Sebuah kebijakan yang tampaknya penting untuk ditiru pejabat-pejabat lainnya.

Sayang sekali, masih saja ada para pejabat yang sesat pikir (keblinger), sehingga kebijakan-kebijakannya justru tidak bijak sama sekali. Misalnya, Ketua MPR RI, Zulkifli Hasan mengungkapkan bahwa saat ini sudah ada 5 fraksi di DPR RI yang menyetujui perilaku LGBT (Lesbi, Gay, Biseksual, Transgender) di Indonesia. Padahal, dari 24 negara yang sudah melegalkan LGBT dalam bentuk undang-undang, mulai dari Norwegia (1993), Afrika Selatan (2006), Selandia Baru (2013), Amerika Serikat (2015) dan yang terakhir Jerman (2017), tidak ada satu pun negara yang berasal dari benua Asia. Jadi, miris sekali jika sampai Indonesia yang mayoritas muslim, menjadi negara Asia pertama yang melegalkan LGBT dalam bentuk undang-undang. Mengingat Islam memandang LGBT lebih keji dibandingkan perzinahan sekalipun (Q.S. al-A’raf [7]: 80-81).

وَلُوطًا إِذْ قَالَ لِقَوْمِهِ أَتَأْتُونَ الْفَاحِشَةَ مَا سَبَقَكُمْ بِهَا مِنْ أَحَدٍ مِنَ الْعَالَمِينَ (80) إِنَّكُمْ لَتَأْتُونَ الرِّجَالَ شَهْوَةً مِنْ دُونِ النِّسَاءِ بَلْ أَنْتُمْ قَوْمٌ مُسْرِفُونَ (81)

Dan (Kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala dia berkata kepada mereka: “Mengapa kamu mengerjakan perbuatan fahisyah itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun (di dunia ini) sebelummu?” Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita, malah kamu ini adalah kaum yang melampaui batas (Q.S. al-A’raf [7]: 80-81)

Wallahu A’lam bi al-Shawab.
Singosari, 12 Februari 2018


Posting Komentar untuk "Wabah Virus Budaya Jahiliyah Modern"