Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Peran Santri bagi Perdamaian Dunia

PERAN SANTRI BAGI PERDAMAIAN DUNIA

Dr. Rosidin, M.Pd.I
www.dialogilmu.com

Mari Berdamai
(foto: www.panduanmengajar.com)

Tafsir Tarbawi Q.S. Muhammad [47]: 35

 فَلَا تَهِنُوْا وَتَدْعُوْۤا اِلَى السَّلْمِ ۖ وَاَنْـتُمُ الْاَعْلَوْنَ ۖ وَاللّٰهُ مَعَكُمْ وَلَنْ يَّتِـرَكُمْ اَعْمَالَـكُمْ 

"Maka janganlah kamu lemah dan mengajak damai, karena kamulah yang lebih unggul, dan Allah (pun) bersama kamu, dan Dia tidak akan mengurangi segala amalmu." (Q.S. Muhammad [47]: 35)

Nilai-Nilai Pendidikan:

Pertama, fa-la tahinu, janganlah kalian lemah; mengisyaratkan pentingnya kekuatan sebagai "daya tawar" untuk menciptakan perdamaian. Terbukti, kaum kafir Makkah mau menerima perjanjian damai dengan umat muslim berupa Perjanjian Hudaibiyah, ketika umat muslim memiliki kekuatan yang dapat mengimbangi bahkan mengalahkan kekuatan mereka. Padahal sebelumnya, ketika umat muslim masih lemah, kaum kafir Makkah senantiasa mengintimidasi yang membuat umat muslim terpaksa hijrah ke Madinah.

Kedua, tad'u ila al-salm, serulah pada perdamaian; mengisyaratkan keaktifan umat muslim sebagai duta yang menyeru dan menyebar-luaskan pesan perdamaian. Hal ini menunjukkan bahwa Islam mengapresiasi segala bentuk prakarsa atau inisiasi kebaikan. Rasulullah SAW pun memovitasi umat muslim agar merintis tradisi positif (sunnatan hasanah) dan memperingatkan bahaya rintisan tradisi negatif (sunnatan sayyi'atan). Kedua tradisi tersebut bisa menjadi quantum pahala atau quantum dosa bagi inisiatornya.

Ketiga, generasi santri sejak zaman Walisongo, KH. Hasyim Asy'ari hingga saat ini; selalu istiqamah memperjuangkan nilai-nilai persatuan dan kesatuan antar bangsa Indonesia yang terdiri dari banyak suku, agama, agama dan golongan. Sunan Kudus menghormati umat Hindu, sehingga mengganti qurban sapi dengan kerbau. KH. Hasyim Asy'ari menyusun kitab yang judulnya menyentak hati, "al-tibyan fi al-nahyi 'an muqathi'ah al-arham wa al-ikhwan", penjelasan tentang larangan memutus hubungan keluarga dan persaudaraan. Sekarang, motto hari santri nasional adalah "Santri Indonesia untuk Perdamaian Dunia". So, santri adalah juru damai demi integrasi bangsa; bukan juru provokasi yang menyebabkan bangsa menjadi disintegrasi.

Keempat, wa antum al-a'laun, sedangkan kalianlah yang lebih unggul; kembali mengingatkan pentingnya perbaikan kualitas umat muslim. Hadirnya Gus Dur sebagai Presiden dan KH. Ma'ruf Amin sebagai Wakil Presiden, merupakan bukti nyata bahwa santri memiliki kualitas unggul sebagai pemimpin bangsa. Fenomena Gus Baha' menunjukkan bahwa santri mampu mengungguli sekian banyak akademisi yang bergelar profesor-doktor dalam konteks penguasaan agama Islam yang mendalam (tafaqquh fi al-din). Dalam konteks lebih umum dan global, sepakbola internasional pun menaruh hormat ketika menengok sosok pelatih (Zidan), pemain (Salah) dan pemilik klub (Manchester City dan PSG) yang berstatus muslim. Intinya, umat muslim secara umum, dan kaum santri secara khusus, sudah membuktikan diri mampu menjadi generasi unggulan. 

Kelima, wa lan-yatirakum a'malakum, dan Allah tidak akan mengurangi segala amal kalian; mengisyaratkan bahwa kontribusi apapun yang diberikan umat muslim, tidak akan dipandang sepele di sisi Allah SWT. Hal yang terpenting adalah partisipasi dalam kebaikan. Oleh sebab itu, setiap santri dapat berkontribusi bagi upaya perdamaian, sesuai dengan kapasitas yang dimilikinya. Satu hal yang pasti, sejak dulu hingga sekarang, kaum santri sudah membuktikan diri sebagai generasi yang pro perdamaian dan anti perpecahan. Contoh sederhana, hampir tidak ada istilah "tawuran santri"; yang banyak malah istilah "guyonan santri". Memang, bagi santri, "gegeran akan diubah menjadi ger-geran alias guyonan".