Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tafsir Tarbawi Surat al-'Alaq [96]: 1-5


Proses Penciptaan Manusia Perspektif Qur'an
(foto: news.berdakwah.net)

Dr. Rosidin, M.Pd.I
www.dialogilmu.com

Tafsir Tarbawi Q.S. al-'Alaq [96]: 1-5

 اِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَقَ ۚ خَلَقَ الْاِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ ۚ اِقْرَأْ وَرَبُّكَ الْاَكْرَمُ ۙ الَّذِيْ عَلَّمَ بِالْقَلَمِ ۙ عَلَّمَ الْاِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ ۗ 

 Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari 'alaq. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Dermawan. Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya (Q.S. al-'Alaq [96]: 1-5).

Nilai-Nilai Pendidikan:

Pertama, Allah SWT pertama kali memperkenalkan "penciptaan" sebagai ciri utama Tuhan. Yaitu menciptakan sesuatu dari tidak ada, menjadi ada. Misalnya, Allah SWT menciptakan besi, dari tidak ada, menjadi ada. Inilah yang membedakan Tuhan (khaliq) dengan manusia (makhluk). Hasil kreasi manusia disebut "penemuan", bukan "penciptaan", karena manusia hanya mengolah sesuatu yang ada, menjadi ada yang lain. Misalnya, manusia mengolah besi menjadi mobil; namun manusia tidak bisa menciptakan besi.

Kedua, proses penciptaan umumnya terjadi melalui mekanisme hukum alam (sunnatullah). Misalnya, manusia diciptakan dari sperma (nuthfah). Akan tetapi, Allah SWT tidak dibatasi oleh sunnatullah tersebut; sehingga Allah SWT berkuasa menciptakan manusia melalui sebab-sebab lain. Misalnya, menciptakan Nabi Isa AS tanpa melalui jalur sperma. Oleh sebab itu, umat muslim tidak perlu takjub ketika melihat fenomena di luar sunnatullah, karena Allah SWT berkuasa menunjukkan mukjizat, karamah atau ma'unah yang menerobos sunnatullah. Hanya saja, umat muslim perlu mempelajari sunnatullah yang merupakan pondasi utama roda kehidupan manusia, bukan malah bergantung pada mukjizat, karamah atau ma'unah yang jarang terjadi.

Ketiga, manusia merupakan makhluk ciptaan Allah SWT yang istimewa. Manusia diciptakan dari 'alaq, yaitu sesuatu (zigot) yang menggantung pada dinding rahim. Selanjutnya zigot tumbuh menjadi janin yang "diinstall" tiga piranti khas manusia, yaitu nafsu, akal dan hati. Kualitas manusia didasarkan pada fungsionalisasi tiga piranti tersebut. Manusia yang dikendalikan nafsu, statusnya lebih rendah dari binatang. Manusia yang mengabaikan akal, statusnya menjadi bodoh lagi awam. Manusia yang mengotori hati, bisa terjerumus pada jurang kekafiran, kemunafikan dan kefasikan. Agar ketiga piranti tersebut berfungsi optimal, manusia membutuhkan pendidikan.

Keempat, ada dua hakikat pendidikan: a) Membantu. Artinya, guru hanya membantu perkembangan murid. Atas dasar itu, faktor penting pendidikan adalah komitmen murid untuk belajar. Sebaik apapun kualitas guru, jika murid tidak mau belajar, maka murid tidak akan berkembang. Sebaliknya, seburuk apapun kualitas guru, jika murid rajin dan berkomitmen belajar, maka murid akan berkembang. Itulah mengapa, motivasi belajar perlu terus-menerus diperkokoh; b) Mendewasakan. Tujuan asasi pendidikan adalah mendewasakan manusia sesuai tingkat perkembangannya. Misalnya, balita disebut sudah "dewasa", jika mampu makan sendiri, tanpa disuapi; remaja dan pemuda disebut sudah "dewasa", jika mampu makan dari hasil usaha sendiri, tanpa disubsidi; orang dewasa disebut "dewasa", jika bijaksana dalam menggunakan uang hasil usahanya.

Kelima, salah satu tujuan pendidikan adalah terciptanya IPTEK yang membantu perkembangan kualitas hidup umat manusia. Misalnya, al-qalam yang dulu dimaknai pena, sekarang berubah menjadi aneka teknologi pembelajaran yang membantu proses pembelajaran di kelas maupun di luar kelas. Di sisi lain, IPTEK tidak melulu harus berupa teknologi material seperti LCD proyektor; melainkan bisa berupa teknologi immaterial seperti metode baca tulis al-Quran dan kitab kuning yang efektif. Hanya saja, IPTEK itu tergantung pada penggunanya. Misalnya, pisau di tangan koki, akan menghasilkan makanan yang lezat; sedangkan pisau di tangan penjahat, akan menghasilkan teror dan kriminalitas.