Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tafsir Tarbawi Tematik Ya Ayyuhalladzina Amanu

Tafsir Tarbawi Tematik Ya Ayyuhalladzina Amanu

Ayat Populer Dalil Kewajiban Puasa
(foto: mobile.facebook.com)

Dr. Rosidin, M.Pd.I
(Dosen STAIMA Al-Hikam Malang)

Perintah puasa Ramadhan dalam Surat al-Baqarah [2]: 183, diawali dengan redaksi "Ya Ayyuhalladzina Amanu" (Wahai orang-orang yang beriman).

Al-Qur'an menyebut redaksi tersebut sebanyak 89 kali. Jika ditelaah dengan seksama, akan sampai pada kesimpulan bahwa seluruh ajaran yang disampaikan seusai kalimat tersebut adalah ajaran yang bertujuan untuk kemaslahatan umat muslim, baik dalam konteks dar'ul mafasid (menampik keburukan) maupun jalbul mashalih (menarik kebaikan).

Seluruh ayat tersebut masuk kategori Madaniyyah, yaitu turun pasca hijrah. Oleh sebab itu, wajar jika lebih menekankan pada aspek syariah (fikih) dan akhlak (tasawuf). Berbeda halnya dengan ayat-ayat Makkiyah yang lebih menekankan aspek akidah.

Kategori Pertama, Syariah. Meliputi:

a) Ibadah mahdhah (murni)

Misalnya, kewajiban berpuasa Ramadhan (Q.S. al-Baqarah [2]: 183). Kita berharap puasa yang kita jalankan ini, selain sebagai ibadah, juga sebagai media meningkatkan imunitas atau kesehatan kita, agar terjaga dari wabah Covid-19.

Contoh lain, perintah berwudhu (Q.S. al-Ma'idah [5]: 6). Saat ini, wudhu memiliki posisi yang lebih penting. Selain sebagai ibadah, juga sebagai gaya hidup bersih yang sangat dibutuhkan untuk menghindari wabah Covid-19.

b) muamalah

Misalnya, larangan mencari nafkah dengan cara batil (Q.S. al-Nisa' [4]: 29). Di tengah krisis ekonomi akibat pandemi sekarang ini, banyak orang yang gelap mata sehingga mencari nafkah dengan cara-cara yang haram, bahkan membahayakan orang lain, seperti perampokan.

c) jinayah (pidana). 

Misalnya, syariat qishash bagi pelaku pembunuhan (Q.S. al-Baqarah [2]: 178). Dalam konteks saat ini, jika ada orang yang positif terkena Covid-19, maka wajib mengisolasi diri dan tidak menghadiri aktivitas publik. Baik untuk shalat Jum'at, shalat Jamaah, apalagi sekadar menuruti hobi dan menghilangkan kejenuhan di rumah.

Jika dia sampai menulari orang lain, maka seakan-akan dia telah "membunuh" orang lain, kendati tidak secara langsung. Hal ini dikarenakan potensi kematian yang relatif besar bagi orang yang terkena Covid-19.

d) siyasah (politik)

Misalnya, perintah taat kepada Ulil Amri atau pemerintah (Q.S. al-Nisa' [4]: 59). Saat ini, penting bagi kita untuk menaati pemerintah, terutama menyangkut kebijakan social distancing atau pembatasan sosial, agar meminimalisasi potensi penyebarluasan virus Corona.

Kategori kedua, Akhlak. Meliputi:

a) Perkataan. Misalnya, perintah berdzikir sebanyak-banyaknya (Q.S. al-Ahzab [33]: 41) dan bertutur kata yang tepat atau qaulan sadidan (Q.S. al-Ahzab [33]: 70). Kedua perintah tersebut terasa semakin penting dilaksanakan saat ini, terutama dzikir-dzikir yang memohon ampunan (maghfirah) dan pertolongan Ilahi dalam menghadapi pandemi. Di sisi lain, perkataan-perkataan yang menimbulkan kepanikan dan ketakutan berlebihan, sekalipun benar menurut fakta, tapi tidak tepat untuk disampaikan. Bagaikan ucapan dokter pada pasien, "usia Anda tinggal sebulan lagi". Meskipun perkataan itu dilandasi dalil-dalil ilmiah, tapi tidak tepat, karena justru membuat pasien menjadi frustasi dan putus asa.

b) Perbuatan

Misalnya, perintah untuk berlapang-lapang dalam majlis ilmu (Q.S. al-Mujadilah [58]: 11). Saat ini, lebih kita semua memperbanyak intensitas belajar-mengajar melalui berbagai media, termasuk media daring maupun media sosial. Yang terpenting, jangan sampai aturan social distancing mengakibatkan kemalasan menimba ilmu pengetahuan.

c) Sikap

Misalnya, menomorsatukan syariat agama dibandingkan keluarga (Q.S. al-Munafiqun [63]: 9). Wujudnya adalah mendidik dan membina keluarga keluarga agar terjaga dari api neraka (Q.S. al-Tahrim [66]: 6). Oleh karena itu, jangan sampai ada anggota keluarga kita yang sudah wajib menunaikan puasa Ramadhan, ternyata tidak berpuasa tanpa udzur. Tentu orang yang demikian ini berisiko masuk neraka, karena meninggalkan salah satu rukun Islam.

Demikian sekilas ulasan menyangkut isi kandungan al-Qur'an yang memuat redaksi Ya ayyuhalladzina Amanu atau "Wahai Orang-Orang yang Beriman". Semoga memberi manfaat di dunia dan akhirat. Amin ya Rabbal 'Alamin.

Singosari, 1 Ramadhan 1441 H