Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Hadis Tanda-Tanda Hari Kiamat

Dr. Rosidin, M.Pd.I

http://www.dialogilmu.com

Tanda Tanda Kiamat
Matahari Tenggelam di Timur sebagai Tanda Kiamat


Pertama

Tidak ada orang yang membantu dan menolong agama Islam. Ini adalah sabda Nabi SAW:

يَأْتِيْ عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ، اَلصَّابِرُ عَلَى دِيْنِهِ كَالْقَابِضِ عَلَى الْجَمْرِ.

Akan datang suatu masa kepada manusia, di mana orang yang bersabar dalam memegangi agamanya seperti orang yang menggenggam bara api. [HR. al-Tirmidzi dari Anas bin Malik RA]

Al-Tirmidzi menilai Hadits ini sebagai Hadits Gharib. Hadits ini juga terdapat dalam: Mu’jam Ibn ‘Asakir; al-Jami’ al-Ahadits karya al-Suyuthi; Misykat al-Mashabih karya al-Tibrizi; dan Kanz al-‘Ummal karya al-Muttaqi al-Hindi.

Kedua

يَكُوْنُ فِي أَخِرِ الزَّمَانِ عُبَّادٌ جُهَّالٌ وَقُرَّاءٌ فَسَقَةٌ.

Akan ada di akhir masa nanti, para ahli ibadah yang bodoh-bodoh dan para ahli Qur'an yang fasiq-fasiq. [HR. Abu Nu’aim dalam al-Hulyah dan al-Hakim dalam al-Mustadrak dari Anas bin Malik RA]

Hadits ini juga terdapat dalam Kanz al-‘Ummal karya al-Muttaqi al-Hindi, Syu’b al-Iman karya al-Baihaqi. Hadits ini berstatus dha’if, karena salah satu perawinya, Yusuf bin ‘Athiyyah diberi label ‘perusak’ (halik) oleh al-Dzahabi. Yahya bin Ma’in menilai Hadits ini dengan komentar: laysa bi-syai’ (bukan apa-apa).

Ketiga

لاَ تَقُوْمُ السَّاعَةُ حَتَّى يَتَبَاهَى النَّاسُ فِي الْمَسَاجِدِ.

Hari kiamat tidak akan terjadi sampai manusia saling berbangga-bangga terkait masjid-masjid. [HR. Imam Ahmad dalam Musnad; dan Abu Dawud dalam Sunan-nya dari Anas bin Malik RA]

Hadits ini juga diriwayatkan oleh al-Thabarani dalam al-Mu’jam al-Kabir, al-Ausath dan al-Shaghir; Sunan al-Nasa’i, Sunan Ibn Majah, Sunan al-Baihaqi, Sunan al-Darimy, Shahih Ibn Hibban, Shahih Ibnu Khuzaimah, Musnad Abi Ya’la, Musnad al-Bazzar, Misykat al-Mashabih karya al-Tibrizi dan Kanz al-‘Ummal karya al-Muttaqi al-Hindi. Ibnu Khuzaimaih menilai hadits ini berstatus shahih.

Keempat

قَطْعِيَّةُ الرَّحِمِ، وَتَخْوِيْنُ الأَمِيْنِ، وَائْتِمَانُ الْخَائِنِ.
Terputusnya silaturrahim; pengkhianatan orang yang dapat dipercaya; dan dipercayanya orang yang berkhianat. [HR. al-Thabarani dari Anas bin Malik RA]

Hadits ini diriwayatkan oleh al-Thabarani dalam al-Mu’jam al-Kabir dan Mu’jam al-Ausath; al-Haitsami dalam Majma’ al-Zawaid; Musnad al-Bazzar; al-Muttaqi al-Hindi dalam Kanz al-‘Ummal. Status hadits ini hasan dan para perawinya berstatus al-tsiqqah.

Kelima

مِنْ اِقْتِرَابِ السَّاعَةِ اِنْتِفَاخُ الأَهِلَّةِ وَأَنْ يُرَى الْهِلاَلُ قَبَلاً بِفَتْحَتَيْنِ ايْ سِلْعَةً مَا يُطَّلَعُ فَيُقَالُ لِلَّيْلَتَيْنِ.

Di antara (tanda-tanda) dekatnya hari kiamat adalah mengembangnya atau naiknya bulan dan bulan tsabit dilihat pada suatu waktu dan tidak terlihat (pada waktu yang lain). Dikatakan: “selama dua malam”.

Hadits ini dan yang semakna diriwayatkan dalam Mushannaf Ibn Abi Syaibah; Mu’jam al-Kabir, al-Ausath dan al-Shaghir karya al-Thabarani; Majma’ al-Zawaid karya al-Haitsami; Musnad al-Syamiyyin; dan Kanz al-‘Ummal karya al-Muttaqi al-Hindi. Status hadits ini shahih.

Keenam

يَذْهَبُ الصَّالِحُوْنَ الأَوَّلُ الأَوَّلُ، وَتَبْقَى حُثَالَةٌ كَحُثَالَةِ الشَّعِيْرِ اَوِ التَّمْرِ.
Habisnya orang-orang shalih pada generasi awal; dan yang tersisa adalah ampasnya saja; seperti ampas gandum dan kurma. [HR. Imam Ahmad dan Bukhari]

Hadits ini dan yang semakna juga diriwayatkan dalam Mushannaf Ibn Abi Syaibah; Mu’jam al-Kabir dan Mu’jam al-Ausath karya al-Thabarani; Sunan al-Baihaqi; Majma’ al-Zawaid karya al-Haitsami; Misykat  al-Mashabih karya al-Tibrizi dan Kanz al-‘Ummal karya al-Muttaqi al-Hindi. Status hadits ini shahih.

Ketujuh

لاَ تَقُوْمُ السَّاعَةُ حَتَّى يَكُوْنَ الزُّهْدُ رِوَايَةً وَالْوَرَعُ تَصَنُّعًا.

Hari kiamat tidak akan terjadi sampai zuhud hanya menjadi informasi; dan sikap wira'i hanya dibuat-buat. [HR. Abu Nu’aim dalam al-Hulyah]

Hadits ini juga diriwayatkan oleh al-Dailami serta al-Muttaqi al-Hindi dalam Kanz al-‘Ummal. Status hadits ini adalah hadits gharib. Sedangkan sanad-nya dinilai dha’if.

Kedelapan

أَنْ يَكُوْنَ الْوَلَدُ غَيْظًا، وَ الْمَطَرُ قَيْظًا، وَ تَفِيْضُ اللُّئَامُ فَيْضًا.

Anak menjadi sebab kemarahan; hujan menjadi sebab panas; dan para pencela menjadi menyebar-luas. [HR. al-Thabarani dari Ibnu Mas’ud RA]

Hadits ini dan yang semakna diriwayatkan oleh Ibn Abi al-Dunya; Ibn ‘Asakir; dalam Majma’ al-Zawaid karya al-Haitsami; Musnad al-Syihab karya Muhammad al-Dha’ii; Dalail al-Nubuwwah karya al-Baihaqi dan Kanz al-‘Ummal karya al-Muttaqi al-Hindi. Al-Haitsami menilai bahwa perawi hadits ini berstatus al-tsiqqah.

Kesembilan

لاَ تَقُوْمُ السَّاعَةُ حَتَّى يَسُوْدَ كُلُّ قَبِيْلَةٍ مُنَافِقُوْهَا، وَكَانَ زَعِيْمُ الْقَوْمِ اَرْذَلُهُمْ، وَسَادَ الْقَبِيْلَةَ فَاسِقُوْهُمْ.

Hari kiamat tidak akan terjadi sampai setiap kabilah dipimpin oleh orang-orang munafiqnya; pemimpin suatu kaum adalah orang-orang yang terburuk di kalangan mereka; dan yang memimpin suatu kabilah adalah orang-orang fasik di kalangan mereka. [HR. al-Thabarani dari Abdullah bin Mas’ud; al-Tirmidzi dari Abu Hurairah RA]

Hadits ini dan yang semakna diriwayatkan dalam Majma’ al-Zawaid karya al-Haitsami; Misykat al-Mashabih karya al-Tibrizi; Nayl al-Authar karya al-Syaukani dan Kanz al-‘Ummal dalam al-Muttaqi al-Hindi. Status hadits ini dha’if.

Kesepuluh

اَنْ تُزَحْزَفَ الْمَحَارِبُ وَتُخْرِبَ الْقُلُوْبُ.

Dihiasnya mihrab-mihrab dan kosongnya hati-hati. [HR. al-Thabarani dari Ibnu Mas'ud RA]

Hadits ini juga diriwayatkan oleh al-Haitsami, al-Baihaqi, Ibn al-Najjar dan al-Muttaqi al-Hindi dalam Kanz al-‘Ummal. Status hadits ini menurut al-Baihaqi dan al-Haitsami bersanad dha’if.

Kesebelas

فُشُوُّ التِّجَارَةِ حَتَّى تَعِيْنَ الْمَرْأَةُ زَوْجَهَا عَلَى التِّجَارَةِ، وَقَطْعُ الأَرْحَامِ، وَفُشُوُّ الْقَلَمِ، وَظُهُوْرُ الشَّهَادَاتِ بِالزُّوْرِ.

Merebaknya dunia perdagangan, sampai-sampai seorang istri membantu suaminya untuk berdagang; terputusnya silaturrahim; tersebarnya dunia tulis-menulis (teknologi informasi?); maraknya persaksian-persaksian palsu. [HR. Imam Ahmad dan al-Bukhari dari Ibnu Mas’ud RA]

Yang dimaksud tersebarnya dunia “tulis menulis” adalah banyaknya tulisan-tulisan, namun minim ulama’. Maksudnya: Masyarakat mencukupkan diri dengan mempelajari tulisan-tulisan, tanpa bergaul dengan orang-orang yang ahli hukum.
Hadits ini dan yang semakna diriwayatkan al-Hakim dalam al-Mustadrak; al-Bazzar; al-Thabarani; al-Haitsami dalam Majma’ al-Zawaid dan al-Muttaqi al-Hindi dalam Kanz al-‘Ummal. Status hadits ini adalah shahih.

Kedua-belas

اَنْ يُتَّخَذَ الاَمَانَةُ مَغْنَمًا وَالزَّكَاةُ مَغْرَمًا، وَيُتَعَلَّمُ الْعِلْمُ لِغَيْرِ دِيْنٍ.

Amanat dijadikan sebagai barang jarahan; zakat dijadikan sebagai ganti rugi; dan ilmu dipelajari untuk tujuan selain agama. [HR. al-Tirmidzi dari Abu Hurairah RA]

Hadits ini dan yang semakna juga diriwayatkan oleh al-Thabarani dalam al-Mu’jam al-Kabir dan Mu’jam al-Ausath; al-Haitsami dalam Majma’ al-Zawaid; al-Tibrizi dalam Misykat al-Mashabih; dan al-Muttaqi al-Hindi. Status hadits ini adalah dha’if.

Ketiga-belas

إِذَا أَطَاعَ الرَّجُلُ زَوْجَتَهُ وَ عَقَّ أُمَّهُ، وَأَدْنَى صَدِيْقَهُ وَأَقْصَى أَبَاهُ، وَارْتَفَعَتِ الأَصْوَاتُ فِي الْمَسَاجِدِ.

Jika seorang suami patuh pada istrinya dan mendurhakai ibunya; dia dekat kepada temannya, namun jauh dari ayahnya; dan suara-suara menggema di masjid-masjid. [HR. al-Tirmidzi dari Abu Hurairah RA]

Keempat-belas

إِذَا ظَهَرَتِ الْقَيْنَاتُ وَالْمَعَازِفُ وَشُرِبَتِ الْخُمُوْرُ، وَلَعَنَ آخِرُ هَذِهِ الأُمَّةِ أَوَّلَهَا.

Ketika marak para penyanyi dan alat musik; diminumnya (dikonsumsinya) khamr-khamr; generasi akhir umat (Islam) ini melaknati generasi awalnya. [HR. al-Tirmidzi dari Abu Hurairah RA]

Sebenarnya dua riwayat di atas adalah satu hadits. Selain diriwayatkan oleh al-Tirmidzi, hadits ini juga diriwayatkan oleh al-Thabarani dalam al-Mu’jam al-Kabir dan Mu’jam al-Ausath; al-Baihaqi dalam Sunan al-Baihaqi; al-Haitsami dalam Majma’ al-Zawaid; al-Tibrizi dalam Misykat al-Mashabih; dan al-Muttaqi al-Hindi. Status hadits ini adalah dha’if.

Kelima-belas

أَنَّ أَمَامَ الدَّجَّالِ سِنُوْنَ خَدَعَاتٍ، يُكَذَّبُ فِيْهَا الصَّادِقُ، وَيُصَدَّقُ فِيْهَا الْكَاذِبُ، وَيُخَوَّنُ فِيْهَا الأَمِيْنُ، وَيُؤْتَمَنُ فِيْهَا الْخَائِنُ. وَيَتَكَلَّمُ فِيْهَا الرُّوَيْبِضَةْ. قِيْلَ: وَمَا الرُّوَيْبَضَةُ؟ قَالَ: الرَّجُلُ التَّافِهُ يَتَكَلَّمُ فِي أَمْرِ الْعَامَّةِ.

“Sesungguhnya sebelum Dajjal muncul, ada tahun-tahun penipuan, (yaitu) didustakannya orang yang jujur; dibenarkannya orang yang dusta; dinilai berkhianatnya orang yang dapat dipercaya; dipercayanya orang yang berkhianat; pada tahun-tahun itu, Ruwaibidhah ikut berbicara”. Beliau ditanya: “Apa yang dimaksud Ruwaibidhah?”. Nabi SAW menjawab: “Orang bodoh yang berbicara tentang masalah publik”. [HR. Ahmad dan Bazzar dari Anas bin Malik]

Hadits ini dan yang semakna juga diriwayatkan dalam al-Mu’jam al-Kabir dan al-Mu’jam al-Ausathi karya al-Thabarani; Sunan Ibn Majah; Musnad Abi Ya’la; al-Mustadrak karya al-Hakim; Majma’ al-Zawaid karya al-Haitsami dan Kanz al-‘Ummal karya al-Muttaqi al-Hindi. Status hadits ini adalah shahih.

Keenam-belas

لاَ تَقُوْمُ السَّاعَةُ حَتَّى تَرَوْا أُمُوْرًا عِظَامًا لَمْ تُحَدِّثُوْا بِهَا أَنْفُسَكُمْ، يَتَفَاقَمُ شَأْنُهَا فِي اَنْفُسِكُمْ، وَتَسْأَلُوْنَ هَلْ كَانَ نَبِيُّكُمْ ذَكَرَ لَكُمْ مِنْهَا ذِكْرًا، وَحَتَّى تَرَوْا الْجِبَالَ تَزُوْلَ عَنْ أمَاكِنِهَا.

Hari kiamat tidak akan terjadi sampai kalian melihat kejadian-kejadian agung yang belum pernah kalian dengarkan ceritanya; keadaannya terasa gawat bagi diri kalian; dan kalian bertanya-tanya, apakah Nabi kalian pernah memberikan suatu peringatan terkait kejadian-kejadian itu?; dan hingga kalian melihat gunung-gunung runtuh dari tempat-tempatnya. [HR. Imam Ahmad dan al-Thabarani dari Samurah bin Jundub RA]

Hadits ini disebutkan dalam versi lengkap berupa hadits yang panjang dalam al-Musnad Imam Ahmad; al-Mu’jam al-Kabir karya al-Thabarani; Sunan al-Baihaqi; Shahih Ibn Hibban; Shahih Ibn Khuzaimah; al-Mustadrak karya al-Hakim; Majma’ al-Zawaid karya al-Haitsami dan Mushannaf Ibn Abi Syaibah. Status hadits ini adalah shahih.

Ketujuh-belas

إِذَا وُسِّدَ الأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أَهْلِهِ فَانْتَظِرُوا السَّاعَةَ.

Jika suatu perkara diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah hari kiamat. [HR. Bukhari dari Abu Hurairah RA]

Hadits ini dan yang semakna juga diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Ibnu Hibban, al-Tibrizi dalam Misykat al-Mashabih dan al-Muttaqi al-Hindi dalam Kanz al-‘Ummal. Status hadits ini shahih.

Kedelapan-belas

لاَ تَذْهَبُ الدُّنْيَا حَتَّى يَمُرَّ الرَّجُلُ عَلَى الْقَبْرِ فَيَتَمَرَّغَ عَلَيْهِ وَيَقُوْلُ: يَا لَيْتَنِيْ كُنْتُ مَكَانَ صَاحِبِ هَذَا الْقَبْرِ.

Dunia tidak akan musnah sampai seseorang melewati perkuburan, kemudian dia bolak-balik ke perkuburan dan berkata: “Seandainya saja aku adalah penghuni kuburan ini”. [HR. Muslim dari Abu Hurairah RA]

Hadits ini dan yang semakna juga diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Shahih Bukhari dan Ibnu Majah dalam Sunan Ibn Majah, serta al-Muttaqi al-Hindi dalam Kanz al-‘Ummal. Status hadits ini adalah shahih.

Kesembilan-belas

لاَ تَقُوْمُ السَّاعَةُ حَتَّى يَتَسَافُدَ النَّاسُ تَفَاسُدَ الْبَهَائِمِ فِي الطُّرُقِ.

Hari kiamat tidak akan datang sampai manusia bersetubuh di jalan-jalan layaknya persetubuhan binatang-binatang. [HR. al-Thabarani dari Ibnu Umar]

Hadits ini dan yang semakna juga diriwayatkan dalam Musnad Ibn Abi Syaibah; Musnad al-Bazzar dan Kanz al-‘Ummal karya al-Muttaqi al-Hindi. Status hadits ini shahih menurut Ibnu Hibban dan al-Hakim.

Kedua-puluh

لاَ تَفْنَى هَذِهِ الأُمَّةُ حَتَّى يَقُوْمَ الرَّجُلُ إِلَى الْمَرْأَةِ فَيَفْتَرِشَهَا فِي الطَّرِيْقِ، فَيَكُوْنُ خِيَارُهُمْ يَوْمَئِذٍ مَنْ يَقُوْلُ: لَوْ وَارَيْنَا وَرَاءَ هَذَا الْحَائِطِ.

Umat ini tidak akan musnah sampai ada laki-laki menemui wanita lalu dia menyetubuhi wanita itu di jalan. Dan orang pilihan di antara mereka saat itu adalah orang yang berkata: “Hendaknya kita berhubungan badan di belakang tembok ini”. [HR. Abu Ya'la dari Abu Hurairah RA]

Hadits lain yang semakna diriwayatkan oleh al-Thabarani sebagai syahid atau penguat bagi hadits di atas. Para perawi hadits di atas berstatus al-Tsiqqah.

Kedua puluh-satu

لاَ تَقُوْمُ السَّاعَةُ حَتَّى تُوْجَدَ الْمَرْأَةُ نَهَارًا تُنْكَحُ اي تُجَامَعُ وَسَطَ الطَّرِيْقِ، لاَ يُنْكِرُ ذَلِكَ أَحَدٌ، فَيَكُوْنُ أَمْثَلُهُمْ يَوْمَئِذٍ اَلَّذِيْ يَقُوْلُ: لَوْ نَحَيْتَهَا عَنِ الطَّرِيْقِ قَلِيْلاً، فَذَلِكَ فِيْهِمْ مِثْلُ أَبِيْ بَكْرٍ وَ عُمَرَ فِيْكُمْ.
Hari kiamat tidak akan terjadi sampai ada wanita di siang hari disetubuhi di tengah jalan, dan tidak ada seorang pun yang mengingkari hal itu. Orang yang paling terhormat di antara mereka saat itu adalah orang yang berkata: “Hendaknya engkau sedikit menjauh dari jalan”. Orang itu di tengah-tengah mereka layaknya Abu Bakar dan Umar di sisi kalian. [HR. al-Hakim Abu Abdillah dari Abu Hurairah RA]

Hadits ini juga diriwayatkan oleh al-Thabarani dalam al-Mu’jam al-Kabir. Status hadits ini adalah shahih menurut al-Hakim.

Kedua puluh-dua
al-Thabarani meriwayatkan dari Abu Umamah RA:

وَحَتَّى تَمُرَّ الْمَرْأَةُ عَلَى الْقَوْمِ، فَيَقُوْمُ أَحَدُهُمْ فَيَرْفَعُ بِذَيْلِهَا كَمَا يَرْفَعُ ذَنْبَ النَّعْجَةِ، فَيَقُوْلُ بَعْضُهُمْ: أَلاَ وَارَيْتَهَا وَرَاءَ الْحَائِطِ، فَهُوَ يَوْمَئِذٍ فِيْهِمْ مِثْلُ أَبِيْ بَكْرٍ وَ عُمَرَ فِيْكُمْ.

[Hari kiamat tidak akan terjadi] sampai ada wanita berjalan di dihadapan suatu kaum, kemudian salah seorang dari mereka mengangkat rok wanita itu layaknya mengangkat ekor kambing. Lalu sebagian mereka berkata: “Sebaiknya kita menyetubuhinya di belakang tembok”. Padahal orang tersebut pada saat itu di tengah-tengah mereka layaknya Abu Bakar dan Umar RA di tengah-tengah kalian.

Hadits ini hanya diriwayatkan oleh al-Thabarani dalam al-Mu’jam al-Kabir yang sekaligus menjadi syahid atau penguat bagi hadits kedua-puluh di atas.

Kedua puluh-tiga

لاَ تَقُوْمُ السَّاعَةُ حَتَّى تَتَنَاكَرَ الْقُلُوْبُ وَتَخْتَلِفَ الأَقَاوِيْلُ وَيَخْتَلِفَ الأَخَوَانِ مِنَ الأَبِ وَالأُمِّ فِي الدِّيْنِ.
Hari kiamat tidak akan terjadi sampai hati-hati manusia saling bermusuhan; pendapat-pendapat saling berseberangan; dan dua bersaudara dari ayah dan ibu saling berbeda dalam agama. [HR. al-Dailami dari Hudzaifah RA]

Hadits ini memang hanya diriwayatkan oleh al-Dailami.
Kedua puluh-empat

لاَ تَقُوْمُ السَّاعَةُ حَتَّى تُتَّخَذَ الْمَسَاجِدُ قَنَاطِرَ، فَلاَ يُسْجَدُ للهَ فِيْهَا، وَحَتَّى يَبْعَثَ الْغُلاَمُ الشَّيْخَ بَرِيْدًا بَيْنَ الأَفْقَيْنِ، وَحَتَّى يَبْلُغَ التَّاجِرُ بَيْنَ الأَفْقَيْنِ فَلاَ يَجِدُ رِبْحًا.

Hari kiamat tidak akan tiba sampai masjid-masjid dijadikan kantor-kantor dan Allah tidak disembah di dalamnya; anak kecil menyuruh orang tua sebagai tukang pos yang pergi ke sana ke mari; dan hingga pedagang menjelajah ke sana ke mari, namun dia tidak memperoleh laba. [HR. al-Thabarani dari Ibnu Mas'ud RA.]

Hadits ini adalah kinayah (kiasan) dari tidak adanya rasa cinta kepada shalat; tidak adanya rasa hormat anak-anak kepada orang dewasa; dan tidak adanya barokah dalam perdagangan, karena banyaknya kedustaan dan penipuan kepada para pedagang.

Hadits ini dan yang semakna juga diriwayatkan al-Thahawy dalam Musykil al-Atsar; al-Shan’any dalam Mushannaf ‘Abd al-Razzaq; al-Haitsami dalam Majma’ al-Zawaid; al-Muttaqi al-Hindi dalam Kanz al-‘Ummal.

Kedua puluh-lima

يَأْتِيْ عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ هِمَّتُهُمْ بُطُوْنُهُمْ، وَشَرَفُهُمْ مَتَاعُهُمْ، وَقِبْلَتُهُمْ نِسَاؤُهُمْ، وَدِيْنُهُمْ دَرَاهِمُهُمْ وَدَنَانِيْرُهُمْ، اُوْلَئِكَ شَرُّ الْخَلِيْقِ، وَلاَ خَلاَقَ لَهُمْ عِنْدَ اللهِ.

Akan datang kepada manusia, suatu masa di mana keinginan kuat (obsesi) mereka adalah (kebutuhan, pent.) perut; kehormatan mereka adalah harta; kiblat mereka adalah wanita; agama mereka adalah dirham dan dinar; mereka adalah seburuk-buruk makhluk, tiada bagian sedikitpun bagi mereka di sisi Allah.

Hadits ini diriwayatkan oleh al-Silmi; al-Dailami; dan al-Muttaqi al-Hindi dalam Kanz al-‘Ummal.

Kedua puluh-enam

لاَ تَذْهَبُ الأَيَّامُ وَاللَّيَالِيُّ حَتَّى يَخْلُقَ الْقُرْأَنُ فِي صُدُوْرِ اَقْوِامٍ مِنْ هَذِهِ الأُمَّةِ كَمَا يُخْلَقُ الثِّيَابُ، وَيَكُوْنَ مَا سِوَاهُ أَعْجَبَ لَهُمْ، وَيَكُوْنَ أَمْرُهُمْ طَمْعًا كُلَّهُ، لاَ يُخَالِطُهُ خَوْفٌ اِنْ قَصَّرَ فِي حَقِّ اللهِ تَعَالَى، مَنَّتْهُ نَفْسُهُ الأَمَانِيَّ، وَاِنْ يُجَاوِزَ إِلَى مَا نَهَى اللهُ عَنْهُ. قَالَ: اَرْجُوْ اَنْ يَتَجَاوَزَ الله عَنِّيْ.

Hari-hari dan malam-malam tidak akan berakhir sampai al-Qur'an menjadi usang (lapuk) di dada para kaum di antara umatku, seperti usangnya baju-baju. Sedangkan perkara selain al-Qur'an lebih menakjubkan bagi mereka; semua perkara mereka dilandasi sifat tamak; tanpa ada sedikitpun rasa takut ketika berbuat teledor dalam hak Allah Ta’ala; masing-masing orang ingin memenuhi impian-impiannya; jika dia melanggar larangan Allah, maka dia berkata: “Saya berharap Allah mengampuniku”.

Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Nu’aim dalam al-Hulyah; al-Haitsami dalam Musnad al-Harits dan al-Muttaqi al-Hindi dalam Kanz al-‘Ummal.

Kedua puluh-tujuh

يَدْرُسُ الاِسْلاَمُ كَمَا يَدْرُسُ وَشْيُ الثَّوْبِ. حَتَّى لاَ يُدْرَى مَا صِيَامٌ وَلاَ صَلاَةٌ وَلاَ نُسُكٌ وَلاَ صَدَقَةٌ. وَيَبْقَى طَوَائِفٌ مِنَ النَّاسِ الشَّيْخُ الْكَبِيْرُ وَالْعَجُوْزُ الْكَبِيْرَةُ، وَيَقُوْلُوْنَ: أَدْرِكْنَا آباءَنَا عَلَى هَذِهِ الْكَلِمَةِ لا إِلهَ إِلاَّ الله، فَنَحْنُ نَقُوْلُهَا.

Islam akan rusak sebagaimana rusaknya hiasan baju. Sampai-sampai tidak diketahui apa itu puasa, shalat, haji dan shadaqah. Kemudian kelompok yang tersisa di tengah-tengah manusia adalah kaum laki-laki dan wanita yang lanjut usia; mereka berkomentar: “Kami mendapati para orang tua kami menetapi kalimat ini La Ilaha Illallah, maka kami pun ikut mengucapkannya”. [HR. Ibnu Majah dari Hudzaifah bin Al-Yaman RA]

Hadits ini juga diriwayatkan oleh al-Hakim dalam al-Mustadrak; al-Baihaqi dalam Syu’b al-Iman; serta dalam Musnad al-Bazzar dan Kanz al-‘Ummal. Status hadits ini adalah shahih menurut al-Hakim.

Kedua puluh-delapan

لاَ تَقُوْمُ السَّاعَةُ حَتَّى لاَ يُقَالُ فِي الأَرْضِ لا إِلهَ إِلاَّ الله.

Hari kiamat tidak akan terjadi sampai tidak lagi diucapkan di muka bumi, (kalimat) La Ilaha Illallah.

Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam al-Musnad; al-Hakim dalam al-Mustadrak; al-Haitsami dalam Majma’ al-Zawaid. Status hadits ini shahih menurut al-Hakim.

Kedua puluh-sembilan

لاَ تَقُوْمُ السَّاعَةُ حَتَّى يَظْهَرَ الْفُحْشُ وَالْبُخْلُ، وَيُخَوَّنَ الأَمِيْنُ وَيُؤْتَمَنَ الْخَائِنُ، وَتَهْلِكَ الْوَعُوْلُ وَتَظْهَرَ التَّحُوْتُ، قَالُوْا: يَا رَسُوْلَ اللهِ، وَمَا التَّحُوْتُ وَالْوَعُوْلُ؟، قَالَ: اَلْوَعُوْلُ وُجُوْهُ النَّاسِ وَأَشْرَفُهُمْ، وَالتَّحُوْتُ الَّذِيَْن كَانُوْا تَحْتَ اَقْدَامِ النَّاسِ.

Hari kiamat tidak akan terjadi sampai marak perbuatan keji dan bakhil; dianggap berkhiatnya orang yang dapat dipercaya dan diberi amanatnya orang yang khianat; akan rusak para wa'ul dan akan marak para tahut". Para Shahabat RA bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah yang dimaksud tahut dan wa’ul?” Nabi SAW menjawab: “Wa’ul adalah orang-orang yang terkemuka dan mulya di masyarakat (yakni, masyarakat kelas atas, pent.); sedangkan tahut adalah orang-orang yang berada di bawah “telapak kaki” manusia (yakni, masyarakat kelas bawah, pent.). [HR. al-Thabarani dari Abu Hurairah RA]

Hadits ini diriwayatkan oleh al-Thabarani dalam al-Mu’jam al-Ausath. Hadits yang semakna juga diriwayatkan oleh Abu Ya’la al-Mawshily dan al-Haitsami dalam Majma’ al-Zawaid. Al-Haitsami menilai bahwa para perawi hadits ini adalah perawi shahih, kecuali Muhammad bin al-Harits bin Sufyan yang berstatus al-tsiqqah.

Ketiga-puluh

لاَ تَقُوْمُ السَّاعَةُ حَتَّى تَخْرُجَ سَبْعُوْنَ كَذَّابًا، قُلْتُ: وَمَا اَيَتُهُمْ؟ قَالَ: يَأْتُوْنَكُمْ بِسُنَّةٍ لَمْ تَكُوْنُوْا عَلَيْهَا، يُغَيِّرُوْنَ بِهَا سُنَّتَكُمْ، فَإِذَا رَأَيْتُمُوْهُمْ فَاجْتَنِبُوْهُمْ.

Hari kiamat tidak akan terjadi sampai muncul 70 pendusta. Saya bertanya: “Apakah tanda-tanda mereka?”. Nabi SAW menjawab: “Mereka datang kepada kalian dengan membawa sunnah (Hadits maupun kebiasaan, pent.) yang kalian belum pernah menetapinya; mereka merubah sunnah kalian dengan sunnah tersebut. Apabila kalian melihat mereka, maka jauhilah mereka. [HR. Bukhari dari Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash RA]

Hadits yang semakna juga diriwayatkan oleh al-Thabarani. Ada versi lain, redaksi (لاَ تَقُوْمُ السَّاعَةُ حَتَّى تَخْرُجَ سَبْعُوْنَ كَذَّابًا) menjadi hadits tersendiri yang diriwayatkan dalam al-Thabarani; al-Tirmidzi; al-Haitsami dalam Musnad al-Harits dan Majma’ al-Zawaid; serta al-Muttaqi al-Hindi dalam Kanz al-‘Ummal. Status hadits dengan potongan redaksi ini adalah dha’if.

Ketiga puluh-satu

إِذَا ظَهَرَ الْقَوْلُ، وَخُزِنَ الْعَمَلُ، وَائْتَلَفَتِ الأَلْسُنُ، وَاخْتَلَفَتِ الْقُلُوْبُ، وَقَطَعَ كُلُّ ذِيْ رَحْمٍ رَحِمَهُ، فَعِنْدَ ذَلِكَ لَعَنَهُمُ اللهُ وَأَصَمَّهُمْ وَاَعْمَى اَبْصَارَهُمْ.

Ketika banyak bertebaran perkataan; digudangkan (ditiadakan, pent.) perbuatan; lisan-lisan bersatu, tapi hati berseteru; setiap kerabat memutus tali silaturrahimnya; maka ketika itu, Allah melaknati mereka, membuat mereka tuli dan membutakan penglihatan mereka. [HR. Imam Ahmad dan Abdullah bin Humaid dari Salman al-Farisi RA]

Hadits ini juga diriwayatkan al-Thabarani dalam al-Mu’jam al-Kabir dan al-Mu’jam al-Ausath; al-Haitsami dalam Majma’ al-Zawaid; dan al-Muttaqi al-Hindy dalam Kanz al-‘Ummal; Imam al-Suyuthi dalam Jami‘ al-Ahadits menyebut hadits ini juga diriwayatkan oleh Ibn ‘Asakir, al-Hasan bin Sufyan dan al-Khara’ithy. Menurut al-Haitsami, sanad hadits ini dha’if.

Al-Muttaqi al-Hindi menjelaskan bahwa bagian awal matan hadits di atas terdapat dalam Shahih Muslim pada kitab (bab) al-Birr wa al-Shilah. Sedangkan bagian akhir matan hadits adalah ayat al-Qur’an, tepatnya Surat Muhammad [47]: 23.

Ketiga puluh-dua

إِذَا النَّاسُ اَظْهَرُوا الْعِلْمَ، وَضَيَّعُوْا الْعَمَلَ، وَتَحَابُّوْا بِالأَلْسُنِ، وَتَبَاغَضُوْا بِالْقُلُوْبِ، وَتَقَاطَعُوْا فِي الأَرْحَامِ، لَعَنَهُمُ الله عِنْدَ ذلِكَ، فَأَصَمَّهُمْ وَأَعْمَى اَبْصَارَهُمْ.

Ketika manusia menampakkan ilmu, namun menyia-nyiakan amal; saling mengasihi lewat lisan saja, tetapi hatinya saling benci; mereka memutus tali silaturrahim; maka Allah akan melaknati mereka pada saat itu. Kemudian membuat mereka tuli dan membutakan penglihatan mereka. [HR. Ibnu Abi Dunya dari al-Hasan RA]

Dalam Qurrah al-‘Ainayn fi Syarh Ahadits Mukhtarah min al-Shahihayn karya Sulaiman bin Muhammad al-Luhaimid disebutkan bahwa riwayat di atas bukanlah hadits, melainkan perkataan seorang ulama’ salaf, yaitu al-Hasan al-Bashri.           

Referensi
KH. Hasyim Asy’ari. Risalah Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah dalam al-Irsyad al-Sari. Jombang: Maktabah al-Turats. 2013.